Sejarah perekonomian dunia, memperlihatkan
bahwa banyak permasalahan yang mendesak di dunia karena masalah ekonomi.
Contohnya pada tahun 1930 dunia mengalami masalah pengangguran di kalangan
tenaga kerja dan sumber daya lainnya, begitu juga tahun 1940 dunia mengalami
masalah merealokasikan sumber daya yang langka dengan cepat antara kebutuhan
perang dengan kebutuhan sipil. Tahun 1950 terjadi masalah inflasi, tahun 1960
terjadi kemunduran pertumbuhan ekonomi, tahun 1970 dan awal tahun 1980 terjadi
kasus biaya energi yang meningkat (harga minyak yang meningkat sepuluh kali
dibandingkan dekade sebelumnya) (Lipsey, et. al. 1991), memasuki akhir tahun
2008 sampai dengan saat ini krisis finansial global yang dimulai di Amerika
Serikat sejak 2007 yang dipicu macetnya kredit perumahan (subprime mortgage)
juga telah menimbulkan permasalahan yang mendunia.
Dampak yang dirasakan Indonesia antara lain karena perekonomian dunia melemah sehingga pasar ekspor bagi produk Indonesia menjadi sangat menurun, nilai tukar rupiah terdepresiasi sehingga hutang luar negeri pemerintah maupun swasta menjadi beban yang cukup berat. Sejarah Indonesia dalam kurun waktu yang panjang sebagai negara jajahan bangsa asing karena alasan ekonomi bahwa Indonesia merupakan sumber hasil bumi yang sangat penting bagi dunia juga mempelihatkan bahwa masalah ekonomi adalah masalah yang penting bagi suatu negara.
Dari uraian diatas, kita dapat melihat bahwa persoalan-persoalan ekonomi selalu muncul dari penggunaan sumberdaya yang langka untuk memuaskan keinginan manusia yang tak terbatas dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya. Akibat kelangkaan, maka terjadi perebutan untuk menguasai sumberdaya yang langka tersebut. Perebutan menjadi penguasa atas sumber daya yang langka bisa menimbulkan persengketaan antar pelaku ekonomi bahkan bisa memicu perang baik antar daerah maupun antar negara.
Permasalahan ekonomi ini perlu diatur agar pemanfaatan sumber daya yang terbatas dapat berjalan dengan baik dengan prinsip – prinsip keadilan. Hukum ekonomi merupakan salah satu alat untuk mengatasi berbagi persoalan tersebut.
Dampak yang dirasakan Indonesia antara lain karena perekonomian dunia melemah sehingga pasar ekspor bagi produk Indonesia menjadi sangat menurun, nilai tukar rupiah terdepresiasi sehingga hutang luar negeri pemerintah maupun swasta menjadi beban yang cukup berat. Sejarah Indonesia dalam kurun waktu yang panjang sebagai negara jajahan bangsa asing karena alasan ekonomi bahwa Indonesia merupakan sumber hasil bumi yang sangat penting bagi dunia juga mempelihatkan bahwa masalah ekonomi adalah masalah yang penting bagi suatu negara.
Dari uraian diatas, kita dapat melihat bahwa persoalan-persoalan ekonomi selalu muncul dari penggunaan sumberdaya yang langka untuk memuaskan keinginan manusia yang tak terbatas dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya. Akibat kelangkaan, maka terjadi perebutan untuk menguasai sumberdaya yang langka tersebut. Perebutan menjadi penguasa atas sumber daya yang langka bisa menimbulkan persengketaan antar pelaku ekonomi bahkan bisa memicu perang baik antar daerah maupun antar negara.
Permasalahan ekonomi ini perlu diatur agar pemanfaatan sumber daya yang terbatas dapat berjalan dengan baik dengan prinsip – prinsip keadilan. Hukum ekonomi merupakan salah satu alat untuk mengatasi berbagi persoalan tersebut.
Beberapa
Masalah Ekonomi di Indonesia
1. Tingginya Jumlah Pengangguran.
Dari tahun ke tahun, masalah jumlah
pengangguran di Indonesia kian bertambah. Belum ada solusi yang jitu untuk
mengatasi tingginya angka pengangguran sampai saat ini. Pengadaan lapangan
kerja saja dirasa tidak cukup untuk menekan angka pengangguran di negara kita.
Pengangguran yang telah terjadi di Indonesia telah terjadi sejak
lama dan jumlahnya makin terus bertambah dari tahun ke tahun. Data yang didapat
dari Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia
mencapai angka 8,32 juta orang. Jumlah ini dipastikan akan makin terus
bertambah dari tahun ke tahun. Jumlah pengangguran di Indonesia tidak terlepas
dari minmnya jumlah lapangan pekerjaan yang seharusnya menampung jumlah tenaga
kerja di Indonesia.
Pengangguran ini tentunya
dapat dengan mudah ditebak, salah satu faktor besar yang membayangi masalah
pengangguran di Indonesia adalah kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Indonesia
sangat memprihatinkan. Apalagi ditambah dengan jumlah pengangguran yang
menyebabkan kemiskinan itu sendiri. Karena dengan menganggurnya seseorang
otomatis taraf hidupnya akan semakin rendah, sedangkan jumlah lapangan kerja
yang terbatas dan tingginya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan disertai
dengan keterampilan yang dimiliki akan semakin memperketat usaha mendapatkan
pekerjaan.
Selain itu dari kemiskinan yang timbul, akan timbul masalah lain
seperti tindak kriminal yang meningkat dan peningkatan jumlah pengemis dan
gelandangan. Secara individu, orang yang menganggur tentu akan stress dan
depresi. Tak hanya karena tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup, ia bisa saja
dikucilkan oleh masyarakat. Inilah
masalah yang terus menjadi polemik di negeri ini.
Untuk itulah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan
program kewirausahaan. Untuk merealisasikan program ini, presiden telah
mendelegasikan Menteri Koperasi dan UKM Syarifudin Hasan. Dengan diadakannya
program kewirausahaan ini diharapkan masyarakat dapat mengambil dan menikmati
langkah ini sebagai alternatif untuk memperbaiki taraf kehidupannya.
Keuntungan lain yang didapat dari program kewirausahaan ini
adalah jika usaha yang dikembangkan tersebut berhasil maka tentunya dapat
membuka lapangan pekerjaan baru dan dapat menyerap tenaga kerja. Secara
perlahan-lahan maka jumlah pengangguran dapat teratasi dengan usaha ini jika
program yang dikembangkan ini dapat berhasil dengan baik.
Selain usaha kewirausahaan diatas ada beberapa cara lain yang
dapat membantu mengurangi jumlah pengangguran atau sekedar mencegah timbulnya
pengangguran. Pertama, diadakannya pendidikan gratis bagi yang kurang mampu.
Salah satu penyebab pengangguran adalah rendahnya tingkat pendidikan seseorang,
sehingga ia tidak memiliki pengetahuan yang cukup dan sulit untuk mendapat
pekerjaan. Kedua, mendirikan tempat latihan keterampilan, misalnya kursus
menjahit, pelatihan membuat kerajinan tangan, atau pendirian Balai Latihan
Kerja (BLK) yang didirikan di berbagai daerah. Ketiga, sebagai antisipasi, pelajar
perlu diberikan pendidikan non formal. Pendidikan non formal bisa berupa
keterampilan khusus, kemampuan berkomunikasi atau peningkatan EQ, serta
diarahkan untuk menjadi lulusan sekolah yang mampu menciptakan suatu lapangan
pekerjaan. Bukan semata-mata sebagai lulusan sekolah yang hanya bisa melamar
pekerjaan.
2. Tingginya Biaya Produksi
Sudah menjadi rahasia umum di dunia industri di negara kita ini bahwa selain biaya produksi cukup tinggi belum lagi ditambah dengan biaya-biaya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan. Namun karena faktor keamanan di negara kita masih sangat minim dan ketidakmampuan pemerintah untuk mendukung dan melindungi sektor industri, akibatnya terdapat banyak pungutan-pungutan liar yang bahkan akhir-akhir ini dilakukan dengan terang-terangan.
Hal ini yang juga akhirnya menjadikan biaya produksi semakin meningkat. Parahnya lagi, belum ada solusi pasti untuk masalah ini. Bahkan beberapa industri yang dinilai cukup bagus akhirnya bangkrut dan lebih memilih untuk beralih menjadi importir yang hanya cukup menyediakan gudang dan beberapa pekerja saja dibanding dengan mendirikan sebuah industri baru. Ini harus menjadi perhatian khusus pemerintah untuk mengatasi masalah ini dan masalah ekonomi di indonesialainnya.
2. Tingginya Biaya Produksi
Sudah menjadi rahasia umum di dunia industri di negara kita ini bahwa selain biaya produksi cukup tinggi belum lagi ditambah dengan biaya-biaya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan. Namun karena faktor keamanan di negara kita masih sangat minim dan ketidakmampuan pemerintah untuk mendukung dan melindungi sektor industri, akibatnya terdapat banyak pungutan-pungutan liar yang bahkan akhir-akhir ini dilakukan dengan terang-terangan.
Hal ini yang juga akhirnya menjadikan biaya produksi semakin meningkat. Parahnya lagi, belum ada solusi pasti untuk masalah ini. Bahkan beberapa industri yang dinilai cukup bagus akhirnya bangkrut dan lebih memilih untuk beralih menjadi importir yang hanya cukup menyediakan gudang dan beberapa pekerja saja dibanding dengan mendirikan sebuah industri baru. Ini harus menjadi perhatian khusus pemerintah untuk mengatasi masalah ini dan masalah ekonomi di indonesialainnya.
Mahalnya biaya transportasi dan ongkos produksi di Indonesia,
membuat harga suatu produk tidak kompetitif dipasar lokal apalagi pada pasar
Internasional, hasil Industri made in
Indonesia saat ini nyaris hanya bisa bertahan pada pasar dalam negeri,
dan itupun sudah mulai tertekan karena
desakan barang yang sama dari China, harganya pun jauh lebih murah, walaupun
mutunya sulit untuk dipercaya.
Faktor harga murah merupakan strategy China untuk merebut pangsa
pasar besar di Indonesia, dan bukan
mustahil industri-industri kecil hingga industri skala besar akan gulung tikar
dalam bebarapa bulan kedepan oleh karena hancurnya pasar lokal yang diserbu
produk import dari China, dan ini memang rencana besar pemerintahan China, agar
Indonesia menggantungkan sepenuhnya kebutuhan domestiknya terhadap Industri
China.
Ketidak mampuan Industri Indonesia untuk bersaing dengan
melakukan pengurangan ongkos produksi dan distribusi menjadi salah satu penyebab nilai jual produk dalam negeri
mahal, hancurnya sarana infrastruktur antar pulau dan banyak yang sudah masuk dalam kategori rusak berat, seperti penuturan pengusaha
angkutan darat, membuat harga barang lokal mahal, ditambah lagi
produk yang dihasilkan memakai bahan baku import, seperti produk tekstil
maupun electronic yang kesemua bahan baku utamanya ( kapas, semicoductor) harus
di import dari luar negeri.
Ironisnya kejadian ini terjadi setiap tahun dan belum ada
tanda-tanda perbaikan, lonjakan harga
produk local yang tidak masuk akal, sering terjadi kelangkaan bahan baku, dan akhirnya
produk yang dihasilkan didalam negeri tidak akan mampu untuk bersaing dengan produk yang
dihasilkan dari Vietnam, maupun China.
Dalam semester pertama
tahun ini, Indonesia sangat kesulitan untuk mendapatkan bahan baku kapas
bagi keperluan Industri tekstil dalam negeri, kapas yang dihasilkan oleh
beberapa negara seperti, Amerika serikat, India, Pakistan dan sebagian Negara
Amerika Latin, telah habis diborong oleh Importir dari China tahun lalu, lewat
perdagangan berjangka atau yang lebih dikenal dengan istilah future trading,
imbasnya produsen tekstil ditanah air
kalang kabut dan harus mengikuti fluktuatif kenaikan harga yang ditetapkan oleh
Eksportir China hingga mencapai 50% dari harga dasar dipasar Internasional.
Lonjakan harga tersebut berimbas pada penghentian kegiatan
produksi garment maupun Industri rumahan di dalam negeri, kenaikan harga bahan
baku tidak diimbangi dengan kenaikan harga jual produk sehingga konsumer tidak
melakukan pembelian produk secara rutin akhirnya stock menumpuk dan tidak ada
kepastian kapan produk tersebut akan diserap oleh pasar.
Importir dari kelas menengah timur tengah maupun eropa timur
sudah 6 bulan lebih tidak pernah datang untuk melirik produk garment Indonesia,
dapat dibayangkan berapa banyak devisa yang hilang akibat kenaikan harga kapas
yang sengaja dilakukan oleh pengusaha China tersebut, jika dulu industri
garment kita merupakan andalan utama pemasukan devisa, kini mereka beralih
menjadi importir untuk memasukkan barang yang sejenis dari China, imbasnya
adalah pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja dilingkungan pabrik mereka
seperti yang terjadi di Jawa barat, Jawa tengah maupun pusat sentra Industri di
Tanah Air.
Adakah jalan lain yang dapat ditempuh untuk menghidupkan kembali
kejayaan Industri di Tanah Air? untuk jangka pendek sepertinya kita tidak punya
harapan, namun bilamana pengembangan Industri pertanian Kapas dikembangkan di
Nusa Tenggara maupun daerah lainnya, Industri tekstil kita bisa bangkit kembali
asalkan pemerintah memberikan dukungan penuh seperti yang dilakukan untuk
industri kelapa sawit, dimana saat ini hanya produk ini yang masih bertahan
dipasar internasional, karena saingan kita hanya Malaysia saja.
Masalah Ekonomi di
Indonesia Lainnya :
3.
Keputusan Pemerintah Yang Kurang Tepat
Kita semua tahu bahwa beberapa tahun belakangan ini sangat marak sekali peredaran barang-barang dari China di negara kita, bukan? Nah, penyebabnya adalah keputusan pemerintah dalam hal regulasi ekonomi yang dirasa kurang tepat jika dilihat dari kondisi perekomomian Indonesia.
Di saat itu pemerintah memutuskan untuk bergabung dalam ASEAN–China Free Trade Area (ACFTA). Akhirnya terjadilah seperti yang kita rasakan sekarang ini. Produk lokal nyaris kalah dengan produk yang berasal dari China.
4. Bahan Kebutuhan Pokok Masih Langka
Langkanya bahan kebutuhan pokok adalah salah satu masalah serius yang menimpa kondisi ekonomi indonesia. Masalah ini akan sangat terasa sekali di saat menjelang perayaan hari-hari besar seperti hari raya idul fitri, natal, dan hari-hari besar lainnya.
Meskipun pemerintah terkadang melakukan razia pasar untuk terjun langsung melihat penyebab langkanya bahan kebutuhan pokok, namun tindakan ini dirasa masih jauh dari menyelesaikan masalah langkanya kebutuhan pokok itu sendiri.
5. Suku Buka Perbankan Terlalu Tinggi
Perlu anda ketahui bahwa salah satu indikator untuk menentukan baik atau tidaknya kondisi perekonomian di suatu negara adalah suku bunga. Semakin tinggi atau semakin rendahnya suku bunga perbankan di suatu negara, maka akan berpengaruh besar terhadap kondisi ekonomi di negara tersebut. Nah, untuk suku bunga perbankan di Indonesia masih dinilai terlalu tinggi sehingga masih perlu perhatian lebih dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini.
6. Nilai Inflasi Semakin Tinggi
Selain suku bunga perbankan, satu hal lagi yang juga mempengaruhi kondisi ekonomi di suatu negara adalah nilai inflasi. Di Indonesia, nilai inflasi dinilai nyaris cukup sensitif. Bahkan hanya gara-gara harga sembako dipasaran tinggi, maka nilai inflasi juga terpengaruh. Akibat dari tingginya nilai inflasi di negara kita ini, maka akan bermunculan masalah-masalah ekonomi Indonesia yang lain
Kita semua tahu bahwa beberapa tahun belakangan ini sangat marak sekali peredaran barang-barang dari China di negara kita, bukan? Nah, penyebabnya adalah keputusan pemerintah dalam hal regulasi ekonomi yang dirasa kurang tepat jika dilihat dari kondisi perekomomian Indonesia.
Di saat itu pemerintah memutuskan untuk bergabung dalam ASEAN–China Free Trade Area (ACFTA). Akhirnya terjadilah seperti yang kita rasakan sekarang ini. Produk lokal nyaris kalah dengan produk yang berasal dari China.
4. Bahan Kebutuhan Pokok Masih Langka
Langkanya bahan kebutuhan pokok adalah salah satu masalah serius yang menimpa kondisi ekonomi indonesia. Masalah ini akan sangat terasa sekali di saat menjelang perayaan hari-hari besar seperti hari raya idul fitri, natal, dan hari-hari besar lainnya.
Meskipun pemerintah terkadang melakukan razia pasar untuk terjun langsung melihat penyebab langkanya bahan kebutuhan pokok, namun tindakan ini dirasa masih jauh dari menyelesaikan masalah langkanya kebutuhan pokok itu sendiri.
5. Suku Buka Perbankan Terlalu Tinggi
Perlu anda ketahui bahwa salah satu indikator untuk menentukan baik atau tidaknya kondisi perekonomian di suatu negara adalah suku bunga. Semakin tinggi atau semakin rendahnya suku bunga perbankan di suatu negara, maka akan berpengaruh besar terhadap kondisi ekonomi di negara tersebut. Nah, untuk suku bunga perbankan di Indonesia masih dinilai terlalu tinggi sehingga masih perlu perhatian lebih dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini.
6. Nilai Inflasi Semakin Tinggi
Selain suku bunga perbankan, satu hal lagi yang juga mempengaruhi kondisi ekonomi di suatu negara adalah nilai inflasi. Di Indonesia, nilai inflasi dinilai nyaris cukup sensitif. Bahkan hanya gara-gara harga sembako dipasaran tinggi, maka nilai inflasi juga terpengaruh. Akibat dari tingginya nilai inflasi di negara kita ini, maka akan bermunculan masalah-masalah ekonomi Indonesia yang lain
ANALISIS DAN PREDIKSI PEREKONOMIAN INDONESIA
TAHUN 2012-1013
Ekonomi indonesia saat ini optimis pertumbuhan ekonomi yang
meningkat dengan pertumbuhan dan pendapatan nasional yang semakin meningkat
kita dapat melihat perkembangan dan kemajuan kita pada negara lain. dengan
pendapatan nasional per tahun indonesia mampu memberikan kemajuan.ekonomi makro
yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi saat ini.salah satu
pertumbuhan ekonomi itu dapat dilihat dengan permintaan domestik masih akan
menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor,
serta investasi.
Di lihat dari sedikit perekonomian makro dibidang perbankan
ini dapat kita rasakan pertumbuhan ekonomi itu meningkat.Bank Indonesia (BI)
memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan I-2011 masih akan tumbuh
tinggi, yakni di kisaran 6,4 persen. Sehingga, sepanjang tahun ini,
perekonomian Indonesia diproyeksikan tumbuh di kisaran 6-6,5 persen.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengungkapkan hal
itu dalam rapat kerja dengan Komisi XI (membidangi keuangan dan perbankan) DPR,
Senin (14/2). “Prospek perekonomian ke depan akan terus membaik dan
diperkirakan akan lebih tinggi,” kata Darmin.
Dia mengatakan, permintaan domestik masih akan menjadi
penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor, serta
investasi, juga akan tumbuh pesat. Ia menambahkan, Indonesia sudah melalui
tantangan yang di 2010. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di tahun
lalu, yakni 6,1 persen, akan mempermudah mencapai target pertumbuhan di 2011.
Meski demikian, inflasi tinggi masih akan menjadi tantangan serius di tahun
ini.
Kondisi Perekonomian Indonesia Dilihat dari PDB
Pendapat Domestik Bruto (PDB) Indonesia saat ini menempati
urutan ke-18 dari 20 negara yang mempunyai PDB terbesar di dunia. Hanya ada 5
negara Asia yang masuk ke dalam daftar yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Kelima
negara Asia tersebut adalah Jepang (urutan ke-2), Cina (urutan ke-3), India
(urutan ke-11), Korea Selatan (urutan ke-15).
Indonesia yang kini mempunyai PDB US$700 miliar, boleh saja
bangga. Apalagi, dengan pendapatan perkapita yang mencapai US$3000 per tahun
menempatkan Indonesia di urutan ke-15 negara-negara dengan pendapatan perkapita
yang besar.
Pihak Swasta
Adanya lembaga – lembaga swadaya masyarakat, seperti Dompet
Dhu’afa, bekerja sama dengan Institut Kemandirian yang berusaha mencetak kaum
muda berpotensi meenjadi hebat sebagai pejuang ekonomi adalah cara salah satu
membuat pemerataan pertumbuhan ekonomi dapat dirasakan oleh semakin banyak
rakyat Indonesia.
Pihak Pemerintah
Sinergi antar kementrian
harus dibuat semakin solid dan saling mendukung sehingga tidak tumpang
tindih dan lebih banyak bermanfaat bagi masyarakat. Kampanye pembentuka jiwa
kewirausahaan , seperti seminar bertaraf internasional\, adalah salah satu
jalan membangkitkan potensi jiwa – jiwa pejuang ekonomi yang pantang menyerah
dan penuh kreativitas tinggi.
Dampak Globalisasi ekonomi positif dan dampak globalisasi
negatif menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam dunia usaha. Ketika kita
berfikir menjadi pengusaha dan memanfaatkan setiap peluang usaha yang kita
miliki sebenarnya saat itu kita masuk kedalam sebuah sistem ekonomi dan yang
paling populer adalah sistem ekonomi kapitalis yang menjadi bagian integral
dari proses globalisasi. Ada banyak pengertian globalisasi yang secera umum
mempunyai kemiripan salah satu pengertian globalisasi adalah proses yang
melintasi batas negara di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara
saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain .
Sebagaimana sebuah sistem globalisasi ekonomi mempunyai
dampak positif dan juga dampak negatif, terlepas dari pendapat pro globalisasi
ekonomi dan kontra globalisasi ekonomi kita akan mencoba menelaah secara
sederhana dampak postif globalisasi ekonomi dan dampak negatif globalisasi
ekonomi.
Dampak positif globalisasi ekonomi ditilik dari aspek
kreatifitas dan daya saing dengan semakin terbukanya pasar untuk produk-produk
ekspor maka diharapkan tumbuhnya kreatifitas dan peningkatan kualitas produksi
yang disebabkan dorongan untuk tetap eksis ditengah persaingan global, secara
natural ini akan terjadi manakala kesadaran akan keharusan berinivasi muncul
dan pada giliranya akan menghasilkan produk2 dalam negeri yang handal dan
berkualitas.
Disisi lain kondisi dimana kapababilitas daya saing yang
rendah dan ketidakmampuan Indonesia mengelola persaingan akan menimbulkan mimpi
buruk begi perekonomian negeri ini, hal ini akan mendatangkan berbaga dampak negatif
globalisasi ekonomi seperti membajirnya produk2 negeri asing seperti produk
cina yang akhirnya mamatikan produksi dalam negeri, warga negara Indonesia
hanya akan menjadi tenaga kasar bergaji murah sedangkan pekerjaan pekerjaan
yang membutuhkan skill akan dikuasai ekspatriat asing, dan sudah barang tentu
lowongan pekerjaan yang saat ini sudah sangat sempit akan semakin habis karena
gelombang pekerja asing.
Dampak positif globalisasi ekonomi dari aspek permodalan,
dari sisi ketersediaan akses dana akan
semaikin mudah memperoleh investasi dari luar negeri. Investasi secara langsung
seperti pembangunan pabrik akan turut membuka lowongan kerja. hanya saja dampak
positif ini akan berbalik 180 derajat ketika pemerintah tidak mampu mengelola
aliran dana asing, akan terjadi justru penumpukan dana asing yang lebih
menguntungkan pemilik modal dan rawan menimbulkan krisis ekonomi karena
runtuhnya nilai mata uang Rupiah. Belum lagi ancaman dari semakin bebas dan
mudahnya mata uang menjadi ajang spekulasi. Bayangkan saja jika sebuah
investasi besar dengan meilbatkan tenaga kerja lokal yang besar tiba2 ditarik
karena dianggap kurang prospek sudah barang tentu hal ini bisa memengaruhi
kestabilan ekonomi.
Dampak positif globalisasi ekonomi dari sisi semakin mudahnya diperoleh barang impor yang
dibutuhkan masyarakat dan belum bisa diproduksi di Indonesia, alih tehnologi
juga bisa terbuka sangat lebar, namun kondisi ini juga bisa berdampak buruk
bagi masyarakat karena kita cenderung hanya dijadikan objek pasar, studi kasus
seperti produksi motor yang di kuasai Jepang, Indonesia hanya pasar dan
keuntungan penjualan dari negeri kita akan dibawa ke Jepang memperkaya bangsa
Jepang. Dampak positif globalisasi ekonomi dari aspek meningkatnya kegiatan pariwisata, sehingga
membuka lapangan kerja di bidang pariwisata sekaligus menjadi ajang promosi
produk Indonesia.
Globalisasi dan liberalisme pasar dikampayekan oleh para
pengusungnya sebagai cara untuk mencapai standar hidup yang lebih tinggi, namun
bagi para penentangnya globalisasi hanya kedok para kapitalis yang akan semakin
melebarnya ketimpangan distribusi pendapatan antar negara kaya dengan negara berkembang dan miskin.
Penguasaan kapital yang lebih besar dengan menciptakan pasar global terutama di
dunia ketiga yang diyakini tidak akan mampu memenuhi standar tinggi produk
global akan membuka peluang terjadinya penumpukan kekayaan dan monopoli usaha
dan kekuasaan politik pada segelintir orang. So pilihan akan keblai kekita mana
yang kita pilih Dampak Globalisasi ekonomi positif atau dampak globalisasi
negatif.
Prediksi Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Prediksi Ekonomi Indonesia Tahun 2013 – Prediksi mengenai
peningkatan ekonomi Indonesia 2013 ternyata tidak seperti yang kita harapkan.
Beberapa pakar bahkan menyatakan bahwa di tahun 2013 kondisi ekonomi Indonesia
akan semakin memburuk. Pemerintah sendiri berharap investasi infrastruktur dan
peningkatan nilai tambah komoditas ekspor dapat memacu pertumbuhan ekonomi pada
2013 yang ditargetkan sebesar 6,8%. Namun apa yang diamati oleh para pakar
tidaklah demikian.
Seorang pakar ekonomi dari Universitas Andalas, Professor
Elfrindi mengatakan bahwa ekonomi Indonesia di tahun 2013 akan lebih buruk di
banding tahun 2012.
Di lain pihak, Royal Bank of Scotland (RBS) juga memprediksi
pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2013 hanya mencapai 6,5%. Angka ini lebih
rendah dibandingkan perkiraan pemerintah yang optimistis pertumbuhannya bisa
mencapai 6,8%. Hal ini semakin memperkuat prediksi bahwa Ekonomi Indonesia 2013
akan lebih buruk dari 2012.
Komite Ekonomi Nasional (KEN)juga turut memprediksi
pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013 lebih rendah dibandingkan prediksi
pertumbuhan 2012. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 diramal sebesar
6,1-6,6 persen.
Prediksi Ekonomi Indonesia Tahun 2013 menurut Bank Indonesia
:
Menurut Bank
Indonesia, pertumbuhan ekonomi 6,1% diperkirakan baru bisa dicapai lagi pada
tahun 2014. Proyeksi pertumbuhan ekonomi versi BI dalam 5 tahun ke depan
adalah:
Tahun 2009: 3,5-4,5% Tahun 2010: 4,5-5,5% Tahun 2011: 5-6%
Tahun 2012: 5,4-6,4% Tahun 2013: 5,7-6,7% Tahun 2014: 6-7%. Namun untuk inflasi
di Indonesia diperkirakan bisa semakin terkendali. Perkiraan inflasi versi BI
dalam 5 tahun ke depan adalah:
Tahun 2009: 5-7% Tahun 2010: 6-7% Tahun 2011: 5,1-6,1% Tahun
2012: 4,5-5,5% Tahun 2013: 4,5-5,4% Tahun 2014: 4-5%.
Laporan itu menjelaskan, permintaan domestik diperkirakan
akan tetap menjadi kekuatan utama pertumbuhan ekonomi, sementara kinerja ekspor
juga akan kembali mengalami penguatan sejalan dengan mulai bangkitnya
perekonomian global pada tahun 2010. Berdasarkan asesmen yang dilakukan, lintasan
pemulihan ekonomi (recovery path) dunia, yang dimotori oleh negara-negara maju,
diperkirakan akan mengikuti pola "U-shape" secara kuartalan, namun
secara tahunan akan cenderung "V-shape".
Masalah Ekonomi di Indonesia – Siapa sih yang tidak tahu bahwa
negara kita, Indonesia ini adalah termasuk negara yang kaya? Terutama kaya akan
sumber daya alam yang tidak dimiliki oleh negara lain. Tapi sayangnya
pemanfaatan sumber daya alam Indonesia belum maksimal. Parahnya lagi adalah
orang asing yang berhasil mengeruk kekayaan alam kita. Itu baru satu contoh
permasalahan ekonomi Indonesia yang muncul kepermukaan. Tidak hanya itu, masih
ada beberapa permasalahan lagi yang membuat ekonomi Indonesia agak lambat untuk
berkembang.
Beberapa Masalah Ekonomi di Indonesia
1. Tingginya Jumlah Pengangguran
Ini merupakan masalah klasik yang belum juga terselesaikan
secara tuntas.Dari tahun ke tahun, masalah jumlah pengangguran di Indonesia
kian bertambah. Belum ada solusi yang jitu untuk mengatasi tingginya angka
pengangguran sampai saat ini. Pengadaan lapangan kerja saja dirasa tidak cukup
untuk menekan angka pengangguran di negara kita.
2. Tingginya Biaya Produksi
Sudah menjadi rahasia umum di dunia industri di negara kita
ini bahwa selain biaya produksi cukup tinggi belum lagi ditambah dengan
biaya-biaya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan. Namun karena faktor
keamanan di negara kita masih sangat minim dan ketidakmampuan pemerintah untuk
mendukung dan melindungi sektor industri, akibatnya terdapat banyak pungutan-pungutan
liar yang bahkan akhir-akhir ini dilakukan dengan terang-terangan.
Hal ini yang juga akhirnya menjadikan biaya produksi semakin
meningkat. Parahnya lagi, belum ada solusi pasti untuk masalah ini. Bahkan beberapa industri yang dinilai
cukup bagus akhirnya bangkrut dan lebih memilih untuk beralih menjadi importir
yang hanya cukup menyediakan gudang dan beberapa pekerja saja dibanding dengan
mendirikan sebuah industri baru. Ini harus menjadi perhatian khusus pemerintah
untuk mengatasi masalah ini dan masalah ekonomi di indonesia lainnya.
3. Keputusan Pemerintah Yang Kurang Tepat
Kita semua tahu bahwa beberapa tahun belakangan ini sangat
marak sekali peredaran barang-barang dari China di negara kita, bukan? Nah,
penyebabnya adalah keputusan pemerintah dalam hal regulasi ekonomi yang dirasa
kurang tepat jika dilihat dari kondisi perekomomian Indonesia. Di saat itu
pemerintah memutuskan untuk bergabung dalam ASEAN–China Free Trade Area
(ACFTA). Akhirnya terjadilah seperti yang kita rasakan sekarang ini. Produk
lokal nyaris kalah dengan produk yang berasal dari China.
4. Bahan Kebutuhan Pokok Masih Langka
Langkanya bahan kebutuhan pokok adalah salah satu masalah
serius yang menimpa kondisi ekonomi indonesia. Masalah ini akan sangat terasa
sekali di saat menjelang perayaan hari-hari besar seperti hari raya idul fitri,
natal, dan hari-hari besar lainnya.
Meskipun pemerintah terkadang melakukan razia pasar untuk
terjun langsung melihat penyebab langkanya bahan kebutuhan pokok, namun
tindakan ini dirasa masih jauh dari menyelesaikan masalah langkanya kebutuhan
pokok itu sendiri.
5. Suku Buka Perbankan Terlalu Tinggi
Perlu kita ketahui bahwa salah satu indikator untuk
menentukan baik atau tidaknya kondisi perekonomian di suatu negara adalah suku
bunga. Suku bunga merupakan salah satu indikator sehat / tidaknya kondisi
perekonomian Indonesia. Suku bunga yang terlalu tinggi ataupun yang terlalu
rendah akan sangat mempengaruhi perekonomian. Nah, untuk suku bunga perbankan
di Indonesia masih dinilai terlalu tinggi sehingga masih perlu perhatian lebih
dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini.
6. Nilai Inflasi Semakin Tinggi
Nilai inflasi akan sangat berpengaruh bagi kondisi
perekonomian suatu negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri nilai
inflasi tergolong tinggi sehingga banyak masalah ekonomi susulan yang terjadi
karena inflasi ini. Selain itu, inflasi di Indonesia sangat 'sensitif' mudah
sekali naik. Misalnya walaupun hanya
dipengaruhi oleh tingginya harga cabai rawit beberapa waktu yang lalu atau
Bahkan hanya gara-gara harga sembako dipasaran tinggi, maka nilai inflasi juga
terpengaruh. Akibat dari tingginya nilai inflasi di negara kita ini, maka akan
bermunculan masalah-masalah ekonomi Indonesia yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar