Sabtu, 16 November 2013

ALUR PEREKONOMIAN SERTA PROBLEMA EKONOMI YANG TERJADI DI INDONESIA

Sejarah perekonomian dunia, memperlihatkan bahwa banyak permasalahan yang mendesak di dunia karena masalah ekonomi. Contohnya pada tahun 1930 dunia mengalami masalah pengangguran di kalangan tenaga kerja dan sumber daya lainnya, begitu juga tahun 1940 dunia mengalami masalah merealokasikan sumber daya yang langka dengan cepat antara kebutuhan perang dengan kebutuhan sipil. Tahun 1950 terjadi masalah inflasi, tahun 1960 terjadi kemunduran pertumbuhan ekonomi, tahun 1970 dan awal tahun 1980 terjadi kasus biaya energi yang meningkat (harga minyak yang meningkat sepuluh kali dibandingkan dekade sebelumnya) (Lipsey, et. al. 1991), memasuki akhir tahun 2008 sampai dengan saat ini krisis finansial global yang dimulai di Amerika Serikat sejak 2007 yang dipicu macetnya kredit perumahan (subprime mortgage) juga telah menimbulkan permasalahan yang mendunia.

     Dampak yang dirasakan Indonesia antara lain karena perekonomian dunia melemah sehingga pasar ekspor bagi produk Indonesia menjadi sangat menurun, nilai tukar rupiah terdepresiasi sehingga hutang luar negeri pemerintah maupun swasta menjadi beban yang cukup berat. Sejarah Indonesia dalam kurun waktu yang panjang sebagai negara jajahan bangsa asing karena alasan ekonomi bahwa Indonesia merupakan sumber hasil bumi yang sangat penting bagi dunia juga mempelihatkan bahwa masalah ekonomi adalah masalah yang penting bagi suatu negara.
Dari uraian diatas, kita dapat melihat bahwa persoalan-persoalan ekonomi selalu muncul dari penggunaan sumberdaya yang langka untuk memuaskan keinginan manusia yang tak terbatas dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya. Akibat kelangkaan, maka terjadi perebutan untuk menguasai sumberdaya yang langka tersebut. Perebutan menjadi penguasa atas sumber daya yang langka bisa menimbulkan persengketaan antar pelaku ekonomi bahkan bisa memicu perang baik antar daerah maupun antar negara.
Permasalahan ekonomi ini perlu diatur agar pemanfaatan sumber daya yang terbatas dapat berjalan dengan baik dengan prinsip – prinsip keadilan. Hukum ekonomi merupakan salah satu alat untuk mengatasi berbagi persoalan tersebut.

Beberapa Masalah Ekonomi di Indonesia
1. Tingginya Jumlah Pengangguran. 

Dari tahun ke tahun, masalah jumlah pengangguran di Indonesia kian bertambah. Belum ada solusi yang jitu untuk mengatasi tingginya angka pengangguran sampai saat ini. Pengadaan lapangan kerja saja dirasa tidak cukup untuk menekan angka pengangguran di negara kita.

Pengangguran yang telah terjadi di Indonesia telah terjadi sejak lama dan jumlahnya makin terus bertambah dari tahun ke tahun. Data yang didapat dari Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia mencapai angka 8,32 juta orang. Jumlah ini dipastikan akan makin terus bertambah dari tahun ke tahun. Jumlah pengangguran di Indonesia tidak terlepas dari minmnya jumlah lapangan pekerjaan yang seharusnya menampung jumlah tenaga kerja di Indonesia.

 Pengangguran ini tentunya dapat dengan mudah ditebak, salah satu faktor besar yang membayangi masalah pengangguran di Indonesia adalah kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Indonesia sangat memprihatinkan. Apalagi ditambah dengan jumlah pengangguran yang menyebabkan kemiskinan itu sendiri. Karena dengan menganggurnya seseorang otomatis taraf hidupnya akan semakin rendah, sedangkan jumlah lapangan kerja yang terbatas dan tingginya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan disertai dengan keterampilan yang dimiliki akan semakin memperketat usaha mendapatkan pekerjaan.

Selain itu dari kemiskinan yang timbul, akan timbul masalah lain seperti tindak kriminal yang meningkat dan peningkatan jumlah pengemis dan gelandangan. Secara individu, orang yang menganggur tentu akan stress dan depresi. Tak hanya karena tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup, ia bisa saja dikucilkan oleh masyarakat.  Inilah masalah yang terus menjadi polemik di negeri ini.

Untuk itulah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan program kewirausahaan. Untuk merealisasikan program ini, presiden telah mendelegasikan Menteri Koperasi dan UKM Syarifudin Hasan. Dengan diadakannya program kewirausahaan ini diharapkan masyarakat dapat mengambil dan menikmati langkah ini sebagai alternatif untuk memperbaiki taraf kehidupannya.

Keuntungan lain yang didapat dari program kewirausahaan ini adalah jika usaha yang dikembangkan tersebut berhasil maka tentunya dapat membuka lapangan pekerjaan baru dan dapat menyerap tenaga kerja. Secara perlahan-lahan maka jumlah pengangguran dapat teratasi dengan usaha ini jika program yang dikembangkan ini dapat berhasil dengan baik.

Selain usaha kewirausahaan diatas ada beberapa cara lain yang dapat membantu mengurangi jumlah pengangguran atau sekedar mencegah timbulnya pengangguran. Pertama, diadakannya pendidikan gratis bagi yang kurang mampu. Salah satu penyebab pengangguran adalah rendahnya tingkat pendidikan seseorang, sehingga ia tidak memiliki pengetahuan yang cukup dan sulit untuk mendapat pekerjaan. Kedua, mendirikan tempat latihan keterampilan, misalnya kursus menjahit, pelatihan membuat kerajinan tangan, atau pendirian Balai Latihan Kerja (BLK) yang didirikan di berbagai daerah. Ketiga, sebagai antisipasi, pelajar perlu diberikan pendidikan non formal. Pendidikan non formal bisa berupa keterampilan khusus, kemampuan berkomunikasi atau peningkatan EQ, serta diarahkan untuk menjadi lulusan sekolah yang mampu menciptakan suatu lapangan pekerjaan. Bukan semata-mata sebagai lulusan sekolah yang hanya bisa melamar pekerjaan.

2. Tingginya Biaya Produksi
 
Sudah menjadi rahasia umum di dunia industri di negara kita ini bahwa selain biaya produksi cukup tinggi belum lagi ditambah dengan biaya-biaya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan. Namun karena faktor keamanan di negara kita masih sangat minim dan ketidakmampuan pemerintah untuk mendukung dan melindungi sektor industri, akibatnya terdapat banyak pungutan-pungutan liar yang bahkan akhir-akhir ini dilakukan dengan terang-terangan.

Hal ini yang juga akhirnya menjadikan biaya produksi semakin meningkat. Parahnya lagi, belum ada solusi pasti untuk masalah  ini. Bahkan beberapa industri yang dinilai cukup bagus akhirnya bangkrut dan lebih memilih untuk beralih menjadi importir yang hanya cukup menyediakan gudang dan beberapa pekerja saja dibanding dengan mendirikan sebuah industri baru. Ini harus menjadi perhatian khusus pemerintah untuk mengatasi masalah ini dan
 masalah ekonomi di indonesialainnya.

Mahalnya biaya transportasi dan ongkos produksi di Indonesia, membuat harga suatu produk tidak kompetitif dipasar lokal apalagi pada pasar Internasional, hasil Industri made in  Indonesia saat ini nyaris hanya bisa bertahan pada pasar dalam negeri, dan itupun sudah mulai tertekan  karena desakan barang yang sama dari China, harganya pun jauh lebih murah, walaupun mutunya sulit untuk dipercaya.

Faktor harga murah merupakan strategy China untuk merebut pangsa pasar besar di Indonesia,  dan bukan mustahil industri-industri kecil hingga industri skala besar akan gulung tikar dalam bebarapa bulan kedepan oleh karena hancurnya pasar lokal yang diserbu produk import dari China, dan ini memang rencana besar pemerintahan China, agar Indonesia menggantungkan sepenuhnya kebutuhan domestiknya terhadap Industri China.

Ketidak mampuan Industri Indonesia untuk bersaing dengan melakukan pengurangan ongkos produksi dan distribusi menjadi salah satu  penyebab nilai jual produk dalam negeri mahal, hancurnya sarana infrastruktur antar pulau dan  banyak yang sudah masuk dalam kategori  rusak berat, seperti penuturan pengusaha angkutan darat, membuat harga barang lokal mahal,  ditambah lagi  produk yang dihasilkan memakai bahan baku import, seperti produk tekstil maupun electronic yang kesemua bahan baku utamanya ( kapas, semicoductor) harus di import dari luar negeri.

Ironisnya kejadian ini terjadi setiap tahun dan belum ada tanda-tanda perbaikan,   lonjakan harga produk local  yang tidak masuk akal,  sering terjadi kelangkaan bahan baku,  dan akhirnya  produk yang dihasilkan didalam negeri tidak akan  mampu untuk bersaing dengan produk yang dihasilkan dari  Vietnam, maupun China.

Dalam semester pertama  tahun ini, Indonesia sangat kesulitan untuk mendapatkan bahan baku kapas bagi keperluan Industri tekstil dalam negeri, kapas yang dihasilkan oleh beberapa negara seperti, Amerika serikat, India, Pakistan dan sebagian Negara Amerika Latin, telah habis diborong oleh Importir dari China tahun lalu, lewat perdagangan berjangka atau yang lebih dikenal dengan istilah future trading, imbasnya  produsen tekstil ditanah air kalang kabut dan harus mengikuti fluktuatif kenaikan harga yang ditetapkan oleh Eksportir China hingga mencapai 50% dari harga dasar dipasar Internasional.

Lonjakan harga tersebut berimbas pada penghentian kegiatan produksi garment maupun Industri rumahan di dalam negeri, kenaikan harga bahan baku tidak diimbangi dengan kenaikan harga jual produk sehingga konsumer tidak melakukan pembelian produk secara rutin akhirnya stock menumpuk dan tidak ada kepastian kapan produk tersebut akan diserap oleh pasar.

Importir dari kelas menengah timur tengah maupun eropa timur sudah 6 bulan lebih tidak pernah datang untuk melirik produk garment Indonesia, dapat dibayangkan berapa banyak devisa yang hilang akibat kenaikan harga kapas yang sengaja dilakukan oleh pengusaha China tersebut, jika dulu industri garment kita merupakan andalan utama pemasukan devisa, kini mereka beralih menjadi importir untuk memasukkan barang yang sejenis dari China, imbasnya adalah pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja dilingkungan pabrik mereka seperti yang terjadi di Jawa barat, Jawa tengah maupun pusat sentra Industri di Tanah Air.

Adakah jalan lain yang dapat ditempuh untuk menghidupkan kembali kejayaan Industri di Tanah Air? untuk jangka pendek sepertinya kita tidak punya harapan, namun bilamana pengembangan Industri pertanian Kapas dikembangkan di Nusa Tenggara maupun daerah lainnya, Industri tekstil kita bisa bangkit kembali asalkan pemerintah memberikan dukungan penuh seperti yang dilakukan untuk industri kelapa sawit, dimana saat ini hanya produk ini yang masih bertahan dipasar internasional, karena saingan kita hanya Malaysia saja.

Masalah Ekonomi di Indonesia Lainnya :
3. Keputusan Pemerintah Yang Kurang Tepat
Kita semua tahu bahwa beberapa tahun belakangan ini sangat marak sekali peredaran barang-barang dari China di negara kita, bukan? Nah, penyebabnya adalah keputusan pemerintah dalam hal regulasi ekonomi yang dirasa kurang tepat jika dilihat dari
 kondisi perekomomian Indonesia.

Di saat itu pemerintah memutuskan untuk bergabung dalam
 ASEAN–China Free Trade Area (ACFTA). Akhirnya terjadilah seperti yang kita rasakan sekarang ini. Produk lokal nyaris kalah dengan produk yang berasal dari China.

4. Bahan Kebutuhan Pokok Masih Langka
 
Langkanya bahan kebutuhan pokok adalah salah satu masalah serius yang menimpa kondisi ekonomi indonesia. Masalah ini akan sangat terasa sekali di saat menjelang perayaan hari-hari besar seperti hari raya idul fitri, natal, dan hari-hari besar lainnya.

Meskipun pemerintah terkadang melakukan razia pasar untuk terjun langsung melihat penyebab langkanya bahan kebutuhan pokok, namun tindakan ini dirasa masih jauh dari menyelesaikan masalah langkanya kebutuhan pokok itu sendiri.

5. Suku Buka Perbankan Terlalu Tinggi
 
Perlu anda ketahui bahwa salah satu indikator untuk menentukan baik atau tidaknya kondisi perekonomian di suatu negara adalah suku bunga. Semakin tinggi atau semakin rendahnya suku bunga perbankan di suatu negara, maka akan berpengaruh besar terhadap kondisi ekonomi di negara tersebut. Nah, untuk suku bunga perbankan di Indonesia masih dinilai terlalu tinggi sehingga masih perlu perhatian lebih dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini.

6. Nilai Inflasi Semakin Tinggi
 
Selain suku bunga perbankan, satu hal lagi yang juga mempengaruhi kondisi ekonomi di suatu negara adalah nilai inflasi. Di Indonesia, nilai inflasi dinilai nyaris cukup sensitif. Bahkan hanya gara-gara harga sembako dipasaran tinggi, maka nilai inflasi juga terpengaruh. Akibat dari tingginya nilai inflasi di negara kita ini, maka akan bermunculan masalah-masalah ekonomi Indonesia yang lain

ANALISIS DAN PREDIKSI PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2012-1013

Ekonomi indonesia saat ini optimis pertumbuhan ekonomi yang meningkat dengan pertumbuhan dan pendapatan nasional yang semakin meningkat kita dapat melihat perkembangan dan kemajuan kita pada negara lain. dengan pendapatan nasional per tahun indonesia mampu memberikan kemajuan.ekonomi makro yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi saat ini.salah satu pertumbuhan ekonomi itu dapat dilihat dengan permintaan domestik masih akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor, serta investasi.
Di lihat dari sedikit perekonomian makro dibidang perbankan ini dapat kita rasakan pertumbuhan ekonomi itu meningkat.Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan I-2011 masih akan tumbuh tinggi, yakni di kisaran 6,4 persen. Sehingga, sepanjang tahun ini, perekonomian Indonesia diproyeksikan tumbuh di kisaran 6-6,5 persen.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengungkapkan hal itu dalam rapat kerja dengan Komisi XI (membidangi keuangan dan perbankan) DPR, Senin (14/2). “Prospek perekonomian ke depan akan terus membaik dan diperkirakan akan lebih tinggi,” kata Darmin.
Dia mengatakan, permintaan domestik masih akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor, serta investasi, juga akan tumbuh pesat. Ia menambahkan, Indonesia sudah melalui tantangan yang di 2010. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di tahun lalu, yakni 6,1 persen, akan mempermudah mencapai target pertumbuhan di 2011. Meski demikian, inflasi tinggi masih akan menjadi tantangan serius di tahun ini.
Kondisi Perekonomian Indonesia Dilihat dari PDB
Pendapat Domestik Bruto (PDB) Indonesia saat ini menempati urutan ke-18 dari 20 negara yang mempunyai PDB terbesar di dunia. Hanya ada 5 negara Asia yang masuk ke dalam daftar yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Kelima negara Asia tersebut adalah Jepang (urutan ke-2), Cina (urutan ke-3), India (urutan ke-11), Korea Selatan (urutan ke-15).
Indonesia yang kini mempunyai PDB US$700 miliar, boleh saja bangga. Apalagi, dengan pendapatan perkapita yang mencapai US$3000 per tahun menempatkan Indonesia di urutan ke-15 negara-negara dengan pendapatan perkapita yang besar.
 Pihak Swasta
Adanya lembaga – lembaga swadaya masyarakat, seperti Dompet Dhu’afa, bekerja sama dengan Institut Kemandirian yang berusaha mencetak kaum muda berpotensi meenjadi hebat sebagai pejuang ekonomi adalah cara salah satu membuat pemerataan pertumbuhan ekonomi dapat dirasakan oleh semakin banyak rakyat Indonesia.
Pihak Pemerintah
Sinergi antar kementrian  harus dibuat semakin solid dan saling mendukung sehingga tidak tumpang tindih dan lebih banyak bermanfaat bagi masyarakat. Kampanye pembentuka jiwa kewirausahaan , seperti seminar bertaraf internasional\, adalah salah satu jalan membangkitkan potensi jiwa – jiwa pejuang ekonomi yang pantang menyerah dan penuh kreativitas tinggi.
Dampak Globalisasi ekonomi positif dan dampak globalisasi negatif menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam dunia usaha. Ketika kita berfikir menjadi pengusaha dan memanfaatkan setiap peluang usaha yang kita miliki sebenarnya saat itu kita masuk kedalam sebuah sistem ekonomi dan yang paling populer adalah sistem ekonomi kapitalis yang menjadi bagian integral dari proses globalisasi. Ada banyak pengertian globalisasi yang secera umum mempunyai kemiripan salah satu pengertian globalisasi adalah proses yang melintasi batas negara di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain .
Sebagaimana sebuah sistem globalisasi ekonomi mempunyai dampak positif dan juga dampak negatif, terlepas dari pendapat pro globalisasi ekonomi dan kontra globalisasi ekonomi kita akan mencoba menelaah secara sederhana dampak postif globalisasi ekonomi dan dampak negatif globalisasi ekonomi.
Dampak positif globalisasi ekonomi ditilik dari aspek kreatifitas dan daya saing dengan semakin terbukanya pasar untuk produk-produk ekspor maka diharapkan tumbuhnya kreatifitas dan peningkatan kualitas produksi yang disebabkan dorongan untuk tetap eksis ditengah persaingan global, secara natural ini akan terjadi manakala kesadaran akan keharusan berinivasi muncul dan pada giliranya akan menghasilkan produk2 dalam negeri yang handal dan berkualitas.
Disisi lain kondisi dimana kapababilitas daya saing yang rendah dan ketidakmampuan Indonesia mengelola persaingan akan menimbulkan mimpi buruk begi perekonomian negeri ini, hal ini akan mendatangkan berbaga dampak negatif globalisasi ekonomi seperti membajirnya produk2 negeri asing seperti produk cina yang akhirnya mamatikan produksi dalam negeri, warga negara Indonesia hanya akan menjadi tenaga kasar bergaji murah sedangkan pekerjaan pekerjaan yang membutuhkan skill akan dikuasai ekspatriat asing, dan sudah barang tentu lowongan pekerjaan yang saat ini sudah sangat sempit akan semakin habis karena gelombang pekerja asing.
Dampak positif globalisasi ekonomi dari aspek permodalan, dari sisi ketersediaan akses dana  akan semaikin mudah memperoleh investasi dari luar negeri. Investasi secara langsung seperti pembangunan pabrik akan turut membuka lowongan kerja. hanya saja dampak positif ini akan berbalik 180 derajat ketika pemerintah tidak mampu mengelola aliran dana asing, akan terjadi justru penumpukan dana asing yang lebih menguntungkan pemilik modal dan rawan menimbulkan krisis ekonomi karena runtuhnya nilai mata uang Rupiah. Belum lagi ancaman dari semakin bebas dan mudahnya mata uang menjadi ajang spekulasi. Bayangkan saja jika sebuah investasi besar dengan meilbatkan tenaga kerja lokal yang besar tiba2 ditarik karena dianggap kurang prospek sudah barang tentu hal ini bisa memengaruhi kestabilan ekonomi.
Dampak positif globalisasi ekonomi dari sisi  semakin mudahnya diperoleh barang impor yang dibutuhkan masyarakat dan belum bisa diproduksi di Indonesia, alih tehnologi juga bisa terbuka sangat lebar, namun kondisi ini juga bisa berdampak buruk bagi masyarakat karena kita cenderung hanya dijadikan objek pasar, studi kasus seperti produksi motor yang di kuasai Jepang, Indonesia hanya pasar dan keuntungan penjualan dari negeri kita akan dibawa ke Jepang memperkaya bangsa Jepang. Dampak positif globalisasi ekonomi dari aspek  meningkatnya kegiatan pariwisata, sehingga membuka lapangan kerja di bidang pariwisata sekaligus menjadi ajang promosi produk Indonesia.
Globalisasi dan liberalisme pasar dikampayekan oleh para pengusungnya sebagai cara untuk mencapai standar hidup yang lebih tinggi, namun bagi para penentangnya globalisasi hanya kedok para kapitalis yang akan semakin melebarnya ketimpangan distribusi pendapatan antar negara  kaya dengan negara berkembang dan miskin. Penguasaan kapital yang lebih besar dengan menciptakan pasar global terutama di dunia ketiga yang diyakini tidak akan mampu memenuhi standar tinggi produk global akan membuka peluang terjadinya penumpukan kekayaan dan monopoli usaha dan kekuasaan politik pada segelintir orang. So pilihan akan keblai kekita mana yang kita pilih Dampak Globalisasi ekonomi positif atau dampak globalisasi negatif.
Prediksi Ekonomi Indonesia Tahun 2013



Prediksi Ekonomi Indonesia Tahun 2013 – Prediksi mengenai peningkatan ekonomi Indonesia 2013 ternyata tidak seperti yang kita harapkan. Beberapa pakar bahkan menyatakan bahwa di tahun 2013 kondisi ekonomi Indonesia akan semakin memburuk. Pemerintah sendiri berharap investasi infrastruktur dan peningkatan nilai tambah komoditas ekspor dapat memacu pertumbuhan ekonomi pada 2013 yang ditargetkan sebesar 6,8%. Namun apa yang diamati oleh para pakar tidaklah demikian.
Seorang pakar ekonomi dari Universitas Andalas, Professor Elfrindi mengatakan bahwa ekonomi Indonesia di tahun 2013 akan lebih buruk di banding tahun 2012.
Di lain pihak, Royal Bank of Scotland (RBS) juga memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2013 hanya mencapai 6,5%. Angka ini lebih rendah dibandingkan perkiraan pemerintah yang optimistis pertumbuhannya bisa mencapai 6,8%. Hal ini semakin memperkuat prediksi bahwa Ekonomi Indonesia 2013 akan lebih buruk dari 2012.

Komite Ekonomi Nasional (KEN)juga turut memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013 lebih rendah dibandingkan prediksi pertumbuhan 2012. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 diramal sebesar 6,1-6,6 persen.
Prediksi Ekonomi Indonesia Tahun 2013 menurut Bank Indonesia :

 Menurut Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi 6,1% diperkirakan baru bisa dicapai lagi pada tahun 2014. Proyeksi pertumbuhan ekonomi versi BI dalam 5 tahun ke depan adalah:
Tahun 2009: 3,5-4,5% Tahun 2010: 4,5-5,5% Tahun 2011: 5-6% Tahun 2012: 5,4-6,4% Tahun 2013: 5,7-6,7% Tahun 2014: 6-7%. Namun untuk inflasi di Indonesia diperkirakan bisa semakin terkendali. Perkiraan inflasi versi BI dalam 5 tahun ke depan adalah:
Tahun 2009: 5-7% Tahun 2010: 6-7% Tahun 2011: 5,1-6,1% Tahun 2012: 4,5-5,5% Tahun 2013: 4,5-5,4% Tahun 2014: 4-5%.

Laporan itu menjelaskan, permintaan domestik diperkirakan akan tetap menjadi kekuatan utama pertumbuhan ekonomi, sementara kinerja ekspor juga akan kembali mengalami penguatan sejalan dengan mulai bangkitnya perekonomian global pada tahun 2010. Berdasarkan asesmen yang dilakukan, lintasan pemulihan ekonomi (recovery path) dunia, yang dimotori oleh negara-negara maju, diperkirakan akan mengikuti pola "U-shape" secara kuartalan, namun secara tahunan akan cenderung "V-shape".



Masalah Ekonomi di Indonesia – Siapa sih yang tidak tahu bahwa negara kita, Indonesia ini adalah termasuk negara yang kaya? Terutama kaya akan sumber daya alam yang tidak dimiliki oleh negara lain. Tapi sayangnya pemanfaatan sumber daya alam Indonesia belum maksimal. Parahnya lagi adalah orang asing yang berhasil mengeruk kekayaan alam kita. Itu baru satu contoh permasalahan ekonomi Indonesia yang muncul kepermukaan. Tidak hanya itu, masih ada beberapa permasalahan lagi yang membuat ekonomi Indonesia agak lambat untuk berkembang.

Beberapa Masalah Ekonomi di Indonesia
1. Tingginya Jumlah Pengangguran
Ini merupakan masalah klasik yang belum juga terselesaikan secara tuntas.Dari tahun ke tahun, masalah jumlah pengangguran di Indonesia kian bertambah. Belum ada solusi yang jitu untuk mengatasi tingginya angka pengangguran sampai saat ini. Pengadaan lapangan kerja saja dirasa tidak cukup untuk menekan angka pengangguran di negara kita.

2. Tingginya Biaya Produksi
Sudah menjadi rahasia umum di dunia industri di negara kita ini bahwa selain biaya produksi cukup tinggi belum lagi ditambah dengan biaya-biaya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan. Namun karena faktor keamanan di negara kita masih sangat minim dan ketidakmampuan pemerintah untuk mendukung dan melindungi sektor industri, akibatnya terdapat banyak pungutan-pungutan liar yang bahkan akhir-akhir ini dilakukan dengan terang-terangan.

Hal ini yang juga akhirnya menjadikan biaya produksi semakin meningkat. Parahnya lagi, belum ada solusi pasti untuk masalah  ini. Bahkan beberapa industri yang dinilai cukup bagus akhirnya bangkrut dan lebih memilih untuk beralih menjadi importir yang hanya cukup menyediakan gudang dan beberapa pekerja saja dibanding dengan mendirikan sebuah industri baru. Ini harus menjadi perhatian khusus pemerintah untuk mengatasi masalah ini dan masalah ekonomi di indonesia lainnya.
3. Keputusan Pemerintah Yang Kurang Tepat
Kita semua tahu bahwa beberapa tahun belakangan ini sangat marak sekali peredaran barang-barang dari China di negara kita, bukan? Nah, penyebabnya adalah keputusan pemerintah dalam hal regulasi ekonomi yang dirasa kurang tepat jika dilihat dari kondisi perekomomian Indonesia. Di saat itu pemerintah memutuskan untuk bergabung dalam ASEAN–China Free Trade Area (ACFTA). Akhirnya terjadilah seperti yang kita rasakan sekarang ini. Produk lokal nyaris kalah dengan produk yang berasal dari China.

4. Bahan Kebutuhan Pokok Masih Langka
Langkanya bahan kebutuhan pokok adalah salah satu masalah serius yang menimpa kondisi ekonomi indonesia. Masalah ini akan sangat terasa sekali di saat menjelang perayaan hari-hari besar seperti hari raya idul fitri, natal, dan hari-hari besar lainnya.
Meskipun pemerintah terkadang melakukan razia pasar untuk terjun langsung melihat penyebab langkanya bahan kebutuhan pokok, namun tindakan ini dirasa masih jauh dari menyelesaikan masalah langkanya kebutuhan pokok itu sendiri.

5. Suku Buka Perbankan Terlalu Tinggi
Perlu kita ketahui bahwa salah satu indikator untuk menentukan baik atau tidaknya kondisi perekonomian di suatu negara adalah suku bunga. Suku bunga merupakan salah satu indikator sehat / tidaknya kondisi perekonomian Indonesia. Suku bunga yang terlalu tinggi ataupun yang terlalu rendah akan sangat mempengaruhi perekonomian. Nah, untuk suku bunga perbankan di Indonesia masih dinilai terlalu tinggi sehingga masih perlu perhatian lebih dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini.

6. Nilai Inflasi Semakin Tinggi

Nilai inflasi akan sangat berpengaruh bagi kondisi perekonomian suatu negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri nilai inflasi tergolong tinggi sehingga banyak masalah ekonomi susulan yang terjadi karena inflasi ini. Selain itu, inflasi di Indonesia sangat 'sensitif' mudah sekali naik. Misalnya  walaupun hanya dipengaruhi oleh tingginya harga cabai rawit beberapa waktu yang lalu atau Bahkan hanya gara-gara harga sembako dipasaran tinggi, maka nilai inflasi juga terpengaruh. Akibat dari tingginya nilai inflasi di negara kita ini, maka akan bermunculan masalah-masalah ekonomi Indonesia yang lain.

Jumat, 05 Juli 2013

Manusia Dan Kasih Sayang

Manusia dan kasih sayang.


Kasih sayang merupakan sesuatu paling mendasar, yang harus di terima oleh setiap manusia, kasih sayang bisa di sebut juga sabagai suatu hak yang harus kita terima, karena peran kasih sayang secara psikologi sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya seorang individu. Tentu seorang individu yang di didik dengan kasih sayang, bisa menjadi individu yang lebih baik di bandingkan mereka yang kekurangan kasih sayang. Karena dewasa ini, banyak sekali orang yang berpandangan bahwa uang adalah segala-galanya sehingga banyak orang tua yang lebih mementingkan mencari uang untuk anak, dan menomor dua kan kasih sayang. Sehingga tidak sedikit anak yang bertindak negative, melakukan hal negative yang biasa di sebut sebagai kenakalan remaja, umumnya hal itu terjadi di karenakan si anak merasa kurang di perhatikan oleh orang tuanya, dan dia melakukan hal-hal negative agar orang tuanya terganggu dan mulai memperhatikan anak tersebut.
Tentu kurangnya kasih sayang harus di hindari oleh setiap orang tua, mulai memberikan kasih sayang yang lebih, dan menomor satukan kasih sayang. Tanpa kasih sayang seorang anak bisa berubah menjadi individu yang brutal, kurang perduli dengan lingkungan sekitar, dan bertindak sesuai dengan kemauan dirinya sendiri. Hal ini, terbtukti dari banyaknya penelitian, bahwa kenakalan remaja, paling banyak di karenakan factor didikan dan kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tua tersebut.
Kasih sayang mengajarkan banyak hal terhadap manusia, kasih sayang memberikan kepekaan bagi kita semua, untuk berbagi kasih terhadap sesama, kasih sayang yang mampu merubah banyak individu yang umumnya perubahan terjadi kearah yang lebih baik. Baik itu terhadap sahabat, orang yang kita cintai, atau siapa pun yang kita lihat, karena begitu banyak orang di dunia ini yang membutuhkan kasih sayang dari orang lain, tidak semua orang beruntung memiliki orang tua, memiliki orang-orang yang di kasihinya, karena begitu banyak anak yang lahir tanpa kasih sayang orang tua, begitu banyak anak yang kelahirannya bahkan tidak di inginkan oleh orang tuanya, sehingga patutlah kita memberikan kasih sayang lebih terhadap anak-anak yatim piatu, dan kita harus bersyukur karena kita jauh lebih beruntung dari pada mereka. Bahkan keutamaan mengasihi anak yatim sangat di tekankan oleh rosulullah SAW.
Oleh karena itu rasa kasih sayang harus di tanamkan kepada siapa pun, tanpa mengenal siapa dia, dari mana asal usulnya. Dan kita utamakan mereka yang jauh lebih membutuhkan, semampu kita untuk mengasihi mereka.

Manusia Dan Lingkungan


MANUSIA DAN LINGKUNGAN 


A. Pengertian

Manusia adalah organisme yang sangat kompleks, dimana secara hirarkinya didasari oleh latar belakang atau asal usul dari penciptaan manusia itu sendiri(1). Karena manusia itu mempunyai jiwa fisik, yang mana keduanya mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam arti lain menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki dua sisi, yaitu sebagai makhluk biologis (individu) dan makhluk sosial(2). Menurut Van den Daele pada dasarnya ada dua proses perubahan yang saling bertentangan yang terjadi secara bersamaan selama kehidupan itu berlangsung, yaitu proses perkembangan dan perubahan yang mendasar dari pengaruh internalisasi dan eksternalisasi pada manusia itu sendiri. Proses-proses tersebut mengakibatkan terjadinya berbagai macam perubahan pola pikir manusia yang secara alamiah sudah tertanam sejak ia dilahirkan. Perubahan pola pikir mengakibatkan terjadinya keanekaragaman hasil-hasil kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi(3).
Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya(4). Lingkungan merupakan sebagai sebuah system (satu kesatuan) yang tersusun dari komponen fisik, biotik, serta cultural yang dalam keadaan yang equibilium (seimbang) serta berorientasi untuk kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.


B. Manusia dan Lingkungan
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki dua sisi yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Kata individu berasal dari kata latin individuum yang artinya tidak terbagi. individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa dan seberapa mempengaruhi kehidupan manusia. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagi kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan. 
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, malainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya. Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada 3 kemungkinan: pertama menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitasnya, kedua takluk terhadap kolektif, dan ketiga memengaruhi masyarakat 
Manusia sebagai individu salalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi yang prosesnya memerlukan lingkungan yang dapat membentuknya pribadinya. Namun, tidak semua lingkungan menjadi faktor pendukung pembentukan pribadi tetapi ada kalanya menjadi penghambat proses pembentukan pribadi.
Pengaruh lingkungan masyarakat terhadap individu dan khususnya terhadap pembentukan individualitasnya adalah besar, namun sebaliknya individu pun berkemampuan untuk mempengaruhi masyarakat. Kemampuan individu merupakan hal yang utama dalam hubungannya dengan manusia.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar.
Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai empirik yang berarti pengalaman, karena dengan lingkungan itu individu mulai mengalami dan mengecap alam sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh lingkungan itu, karena lingkungan itu senantiasa tersedia di sekitarnya. Sejauh mana pengaruh lingkungan itu bagi diri individu, dapat kita ikuti pada uraian berikut :

1. Lingkungan membuat individu sebagai makhluk sosial
Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.
Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya.

2. Lingkungan membuat wajah budaya bagi individu
Lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya.
Lingkungan memiliki peranan bagi individu, sebagai :

a.Alat untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman ketika berkunjung ke rumah.

b.Tantangan bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk mengatasinya.

c.Sesuatu yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya. Contoh : seorang anak yang senantiasa bergaul dengan temannya yang rajin belajar, sedikit banyaknya sifat rajin dari temannya akan diikutinya sehingga lama kelamaan dia pun berubah menjadi anak yang rajin.

d.Obyek penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis. Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya. Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga di kamarnya menjadi sejuk. Dalam hal ini, individu melakukan manipulation yaitu mengadakan usaha untuk memalsukan lingkungan panas menjadi sejuk sehingga sesuai dengan dirinya. Sedangkan penyesuaian diri autoplastis, penyesusian diri yang dilakukan individu agar dirinya sesuai dengan lingkungannya. Contoh : seorang juru rawat di rumah sakit, pada awalnya dia merasa mual karena bau obat-obatan, namun lama-kelamaan dia menjadi terbiasa dan tidak menjadi gangguan lagi, karena dirinya telah sesuai dengan lingkungannya.

Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.

Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani

Jumat, 17 Mei 2013

REVOLUSI DAN EVOLUSI BUDAYA




NAMA                  : MUHAMMAD NUR
KELAS               : 1 KA 11
NPM                   : 15112022
MATAKULIAH     : SOFSKILL 

~ REVOLUSI BUDAYA
~ EVOLUSI BUDAYA

Dalam pembahasan topik kedua dalam hal revolusi budaya yang mungkin saya menganalisa apa yang kumpulkan dari berbagai referensi dimana tema dalam arsip ini adalah REVOLUSI BUDAYA INDONESIA , secara pengertian kata “Revolusi “ yaitu perubahan ketatanegaraan (pemerintahan atau keadaan sosial).
revolusi budaya saat ini seakan begitu deras mengikis secara perlahan akar budaya bangsa Indonesia, baik budaya bahasa moral serta agama.
Banyak factor yang menyebabkan budaya local dilupakan di masa sekarang ini. Masuknya budaya asing ke Indonesia sebenarnya merupakan hal yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa. Namun pada kenyataanya budaya asing mulai mendominasi sehingga budaya local mulai dilupakan.

Suatu ironis kebudayaan sendiri dijauhi oleh anak muda sekarang. Tidak habis piker mengapa kaum muda sekarang lebih suka ala boyband/girlband, seksi dancer, hip hop yang sama sekali tidak mencerminkan ciri khas budaya Indonesia yang ramah, sopan dan berkepribadian luhur.Di Banjarbaru beberapa waktu lalu tepatnya di lapangan Murjani tarian tidak etis yang sering dikenal sebagai seksi dancer ditampilkan dalam suatu acara promosi salah satu perusahaan rokok. Aksi tarian itu ditampilkan di depan anak-anak di bawah umur yang berjarak hanya beberapa meter saja.
Bukanlah sesuatu hal yang aneh ketika pihak yang seharusnya mengingatkan malah ikut menikmati tarian energik yang identic dengan busana minim dipertontonkan tanpa ada pengawasan ataupun peringatan bagi anak di bawah umur. Sebagian orang menganggap itu hanya sebagai hiburan.
Di mana letak pengawasan orangtua saat anak-anal yang harusnya berada di rumah malah dibiarkan berkeliaran bukan pada tempat dan waktunya?

Dalam tinjauan psikologi perkembangan, peran orangtua dibutuhkan dalam mendampingi dan memberitahu bagaimana mereka bisa menyesuaikan diri pada perubahan, perkembangan dan adanya perbedaan di dalam lingkungan mereka. Anak-anak tidak bisa dibiarkan lepas ke dunianya sendiri.
Logika yang muncul, jika lingkungan mereka tidak tepat maka anak-anak ini akan mendapat dampak negatif, baik perubahan psikologinya ataupun kepribadiannya. Memang benar anak dibebaskan untuk memilih apa yang menurutnya itu cocok untuk dirinya. Di sinilah orangtua wajib mengarahkan dan membimbing. Pembelajaran seni tari pada anak usia dini sangat berpengaruh terhadap pola perkembangan anak yang ditandai dengan perkembangan motoric kasar dan motoric halus, pola bahasa dan piker, emosi jiwa serta perkembangan social anak.
Perjalanan Perkembangan Sejarah karakter dan moral Persatuan Bangsa Besar Indonesia di Abad ke 21 ini. Adapun kajian secara mendalam itu menyangkut berbagai aspek masalah dimensi sejarah perkembangan budaya karakter Bangsa Indonesia sepanjang eksistensinya mulai sejak Sumpah Pemuda tahun 1928 hingga pada jaman globalisasi (post)modern sekarang ini yang jelas telah ‘mengacaukan’ dan ‘mengkerdilkan’ jatidiri bangsa Indonesia.
Apa perlu diadakan ‘REVOLUSI KEBUDAYAAN’ setelah diadakan kajian atas realitas perjalanan sejarah perkembangan Budaya Karakter Bangsa Indonesia yang berlangsung dalam Indonesia Merdeka selama 67 tahun?
Lepas dari kenyataan yang ada bahwa pembangunan fisik (politik dan ekonomi) setelah 67 tahun Indonesia Merdeka telah berlangsung dengan pesat, namun saat ini dengan prihatin dapat dikatakan juga bahwa gerakan reformasi selama 14 tahun berlangsung sudah gagal, terutama dalam membangun karakter bangsa yang bermental dan bermoral ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dan ‘Pancasila’. Karena sebagian besar pemimpin2 NKRI masih tetap bermental budaya jaman orde baru dengan sifat2 negatif materialisme dan pragmatisme (KKN. Serakah dll). Pendidikan, Budaya dan Agama yang seharusnya menjadi benteng etik, moral dan spiritual, juga sudah turut dalam ‘dekadensi moral’ karena secara terang-terangan sebagian pelakunya telah terkooptasi oleh keadaan tsb yang tidak dapat dikendalikan lagi. Maka tidak heran, secara konsep, budaya reformasi Indonesia mengalami inflasi, dansecara gerakan, budaya reformasi mengalami involusi. Muncul konsep konsep yang dangkal dan menyimpang dari hakekat dua prinsip dasar Republik Indonesia yang merdeka yakni ‘Bhineka Tunggal Ika’ dan ‘Pancasila’ sehingga terjadi keruwetan budaya yang luar biasa tanpa membawa perubahan karakter Negara dan Bangsa Indonesia (nation & character building) seperti bunyi retorika Bung Karno waktu ia berkuasa. Pimpinan nasional sekarangpun sudah terbawa oleh arus ‘budaya orde baru’ tsb yang sangat kental bersifat elitis feodalistis sentralistis dengan kebiasaan protokoler yang seremonial dan kaku maupun terlalu sibuk dengan koalisi partai2 politik yang sudah kehilangan moral jatidiri bangsa dan negara (ideologi dan idealisme kerakyatan) yang pernah dibentuk para pendiri Republik Indonesia 67 tahun yang lalu. Hampir tidak dirasakan adanya suatu “sense of urgency” dan “sense of solidarity” terhadap masalah-masalah krisis multi dimensional bangsa Indonesia akibat krisis mental dan moral tsb. Seakan-akan gerakan reformasi sedang berlangsung tanpa Tokoh Sentral yang dapat menjadi panutan disegala bidang kehidupan karena keterpurukan bangsa dan negara Indonesia dalam keadaan yang serba sulit. Lagipula nampaknya tidak ada Tema Sentral yang menjadi referensi bersama.
Karenanya, menurut hemat kami, Tema Sentral kepemimpinan era yang akan datang terlebih dahulu harus ditingkatkan dari pendekatan Reformasi ke pendekatan ‘REVOLUSI BUDAYA MENTAL’ disertai perobahan dan pembaharuan sistem pemerintahan yang lebih sederhana dan mudah dikontrol. Revolusi Kebudayaan Mental (‘cuci otak’ atau metanoia) disertai perobahan dan pembaharuan sistem Negara yang lebih sederhana, lebih desentralised dan terkontrol. Hal tsb. diharapkan dapat dilaksanakan oleh Pemimpin2 Negara yang akan datang agar dapat mengadopsi tema sentral tsb. untuk dijadikan referensi perjuangan gerakan REVOLUSI BUDAYA bagi seluruh bangsa. Apa salahnya, bahwa Tema Sentral setelah 67 tahun merdeka mengandung suatu budaya gaya hidup yang hemat dan sederhana, suatu mental manusia Indonesia yang lebih idealistis yang beretika dan bermoral dan bebas dari korupsi maupun nepotisme, serta melaksanakan dan menghargai suatu ‘rule of law’ yang berwibawa dan bersih. Dengan melaksanakan Revolusi Budaya disertai penyerdehanaan sistem pemerintahan dengan mekanisme kontrol yang tepat, maka mulai dari pimpinan negara, para pembantunya, aparat Kehakiman, Kejaksaan, Polri dan TNI, serta para anggota MPR, DPR dan DPD, dimulai dari Ibukota Jakarta sampai kedaerah otonom tingkat dua akan dapat menahan “nafsu” keserakahan budaya korupsi dan nepotisme.
        Di bidang Ekonomi sudah saatnya Revolusi Kebudayaan akan kembalikan kekuatan Bangsa Indonesia pada kekuatan budaya inisiatif dan kreativitas ekonomi rakyat dengan mengadakan pembangunan yang merata diseluruh kepulauan Indonesia dan bukan saja di sentra2 ekonomi di Jakarta dan pulau Jawa. Demikian juga bahwa kekayaan alam Indonesia tidak saja terkonsentrir dan dikuasai oleh segelintir pengusaha dan politisi kakap di Jakarta, tetapi juga diupayakan supaya harus merata dan dikuasai oleh anak bangsa sendiri diseluruh kepulauan Indonesia. Jelas kita perlu modal, tetapi modal harus dipahami sebagai pemodalan pemaksimalan Etos kerja yang merata pula. Yang paling utama adalah bahwa kita harus percaya pada kemampuan kita, konon memang yang tinggal kita punyai kini setelah krisis multi dimensional hanyalah:
 1. dua tangan kita yang bekerja
 2. otak yang kreatif
 3. hati yang penuh dengan semangat baja.
 Kita harus kembalikan budaya percaya diri ini, tanpa ketergantungan terlalu besar dari modal luar negeri.
        Budaya percaya diri dan harga diri untuk mencapai kemandirian sebagai budaya bangsa, harus sedini mungkin dimulaikan. Dengan demikian, kita didaerah dapat pula melakukan kontrol yang ketat terhadap kiprah budaya “gaya hidup korupsi dan nepotisme” yang diperlihatkan oleh pelaku-pelaku elit politik di daerah juga.
Sekali lagi, suatu perobahan budaya gaya hidup yang dimulaikan dari Jakarta sampai kedaerah bahkan sampai ke desa2 sekalipun harus mencerminkan keseriusan revolusi budaya mental yang bermoral Bangsa Indonesia dalam era globalisasi kehidupan sekarang ini.
Lepas dari masalah kepemimpinan nasional sebagai panutan Revolusi Budaya, kita diperhadapkan dengan pertanyaan yang sangat krusial, yakni:bagaimanakah Revolusi Budaya itu dapat terjadi atau dapat kita upayakansendiri di Indonesia? Dari pengalaman yang kita peroleh adalah ketidak mampuan mengaktualisasikan gagasan-gagasan dalam tindakan nyata. Dunia Indonesia yang sejahtera secara merata yang kita semua idamkan tidak akan terjadi hanya karena kita telah mengungkapkan dan mendiskusikan Reformasi kearah Revolusi Budaya dan Agama. Dunia Indonesia hanya akan berobah kalau kita sekalian mampu dan berani ikut merobahnya secara sadar dan revolusioner. Rakyat Indonesia harus bertekad tidak akan lagi memilih bahkan menyingkirkan pemimpin2 negara dan bangsa yang tidak peka dengan Revolusi Budaya tersebut. Apabila gagasan Revolusi Budaya telah diterjemahkan kedalam program tindakan, dan program tindakan telah direalisasikan kedalam tindakan nyata, maka kekhawatiran atas suatu gagasan yang semu, telah terjawab. Untuk melakukan Revolusi Budaya dan Agama, menurut Clifford Geertz kita memerlukan semacam “tenaga dalam” dan ‘tindakan nyata yang konsekwen’, yakni “…rasa berkewajiban dari dalam….menuntut penyerahan diri dan mengokohkan komitmen emosional untuk bertindak melakukan perobahan total”.
       
        Seorang Pemimpin Indonesia, bahkan para pemimpin Indonesia yang akan dipilih pada Pemilu dan Pemilihan Presiden/Wkl Presiden yad, mutlah harus berjiwa sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Geertz tsb.
        “Tenaga dalam dan tindakan yang nyata” yang disebut oleh Geertz sebagai “vitalitas moral dan tindakan yang bermoral dan berani” ini lahir oleh karena komitmen yang total kepada apa yang diyakini oleh Bangsa Indonesia yakni Karakter Bangsa Indonesia yang Merdeka yang bersandar kepada Nilai-Nilai luhur ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dan ‘Pancasila’ sebagai dua dasar Negara Republik Indonesia yang abadi. Oleh karena ETOS adalah bagian atau saripati kebudayaan sebuah masyarakat, maka dengan ini jelaslah bahwa baik budaya maupun agama mempunyai fungsi dan potensi yang vital untuk menyumbang, mentransformasikan bahkan membentuk ‘kebudayaan baru’. Dan cara maupun mekanisme untuk membentuk ‘kebudayaan yang baru’ melalui suatu ‘Revolusi Kebudayaan’ dapat dilakukan oleh seorang Pemimpin Nasional yang baru maupun Pemimpin2 baru di pusat dan daerah dengan suatu methode yang pernah diciptakan oleh para ahli managemen organisasi yang berkumpul di MIT USA beberapa tahun lalu dan dilaporkan oleh Peter M Senge dalam bukunya ‘The Fifth Discipline’. Semangat ‘Revolusi Kebudayaan’ yang diaplikasikan bersama sama dengan penerapan ‘The Rule of Law’ sangatlah diharapkan Bangsa Indonesia dalam merayakan 67 tahun Indonesia Merdeka.
        Potensi, artinya suatu kemampuan yang tersimpan untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Dalam kenyaataan, potensi ‘REVOLUSIKEBUDAYAAN’ tidak terjadi dengan sendirinya; Ia harus dengan sengaja diprakarsai dan diaktipkan. Oleh sebab itu, calon-calon pemimpin Bangsa Indonesia yang baru nanti, baik di pusat maupun di daerah-daerah harus mulai sekarang dicari dan diidentifikasi untuk diperlengkapi dengan suatu semangat dan metode ‘Revolusi Kebudayaan’. Dan bangsa Indonesia akan bersyukur memperingati ‘Sumpah Pemuda’ tahun 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945 dengan suatu visi dan misi yang akan mentransformasikan mental dan moral Bangsa Indonesia melalui ‘Revolusi Kebudayaan’, Perobahan dan Pembaharuan Sistem Pemerintahan yang terkontrol, maupun penerapan ‘The Rule of Law’ yang konsekwen. Karena, hanya dengan ‘Semangat Revolusioner’ tersebut Bangsa Indonesia dapat melakukan perobahan total yang berarti demi lestarinya cita-cita Semangat Kerakyatan para Pelopor Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang didasari oleh hakekat nilai-nilai ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dan ‘Pancasila’.
Faktor kedua yang menjadi penyebab buruknya kualitas negara dan berbagai persoalan negara Indonesia adalah tidak tersedianya budaya yang unggul atau bahkan buruknya kualitas budaya yang ada. Neo dan Chen dalam bukunya The Dynamic Governance (2008) menyebutkan tiga faktor utama tercapainya kemajuan Singapura seperti sekarang ini; yaitu (1) Dynamic Capabilities(kapabilitas dinamis) meliputi kemampuan melihat perubahan ke depan, kemampuan untuk terus menerus melakukan perbandingan dengan negara lain dan kemampuan untuk terus menerus memperbaiki sistem dan proses; (2)Culture, yang meliputi principle dan beliefs seperti budaya anti korupsi, budaya kinerja, meritokrasi, kehati-hatian dan berpikir jangka panjang; dan (3) Change, yaitu kemampuan melakukan inovasi dan menyusun kebijakan yang adaptif bagi perubahan lingkungan dan tuntutan masyarakat.
Ketiga faktor kemajuan tersebut tampaknya absen dalam penyelenggaran negara di Indonesia. Negara saat ini bukan saja tidak memiliki kapabilitas dinamis untuk menyusun perubahan-perubahan dalam rangka perwujudan tujuan-tujuan bernegara, tetapi tidak di dukung oleh budaya dasar yang menjadi prasyarat bekerjanya negara secara efektif, efisien, transparan, akuntabel dan berkinerja tinggi. Alih-alih budaya anti korupsi, sebaliknya budaya dominan yang ada saat ini tercermin dari perilaku penguasa pada umumnya adalah pembiaran terhadap berbagai kasus korupsi atau mungkin menjadi bagian dari korupsi. Korupsi sebagai budaya tampaknya tidak terhindarkan dalam berbagai praktek politik, pemerintahan dan birokrasi. Tidak mengherankan jika efektivitas pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh KPK selalu mengalami jalan buntu. Hal ini selain karena tidak sebandingnya kemampuan kelembagaan KPK dengan jumlah dan kualitas kasus-kasus korupsi yang terjadi, juga karena pemberantasan korupsi saat ini lebih banyak dititikberatkan pada upaya represif daripada prenventif berupa perubahan budaya anti korupsi.
Di level birokrasi, budaya dominan yang ada saat ini adalah budaya kekuasaan dan bukan budaya kinerja. Promosi jabatan tidak didasarkan pada meritokrasi atas kompetensi dan kinerja, melainkan didasarkan pada afiliasi politik dan kepentingan. Budaya kinerja sebagai budaya unggul hampir tidak mungkin terjadi, karena pekerjaan-pekerjaan birokrasi tidak pernah diukur kinerjanya baik output maupun dampak. Pekerjaan birokrasi selalu berkait dengan orientasi proyek dan kepentingan untuk mendapatkan rente dari uang negara.
Berbagai persoalan tersebut tampaknya bermuara pada kelemahan budaya yang dimiliki oleh penguasa negara maupun masyarakat. Belajar dari pengalaman Cina, revolusi budaya (cultural revolution) merupakan salah satu fondasi penting dalam tahapan pencapaian Cina seperti sekarang ini. Revolusi budaya dilakukan di Cina dalam kurun waktu tahun 1966 sampai dengan tahun 1978, dengan melakukan perubahan radikal atas nilai dasar dan cara-cara bekerjanya semua penyelenggara negara. Perubahan budaya ini dilakukan dengan komitmen politik yang sangat tinggi dari pimpinan tertinggi negara atas semua kader Partai Komunis tentang nilai-nilai kemajuan yang harus dicapai oleh Cina dan menghentikan semua cara-cara lama yang tidak kondusif dalam mengelola negara. Hal ini mudah dilakukan di Cina karena sistem partai politik yang tunggal, serta kesatuan komando yang kuat dalam politik, ekonomi maupun birokrasi.
Revolusi budaya adalah perubahan radikal terhadap nilai (values), cetak pikir (mind set), cara pandang (way of thinking) dan cara hidup dan cara kerja (way of life) yang unggul dari semua penyelenggara negara, yaitu pimpinan lembaga negara, presiden, para menteri, politisi dan anggota dewan, kepala daerah, pejabat birokrasi dan tentu saja masyarakat sipil dan kalangan pengusaha. Budaya unggul harus menjadi gerakan nasional yang dipimpin oleh Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, misalnya saja budaya anti korupsi dan budaya berkinerja tinggi. Kedua budaya tersebut harus digelorakan dan menjadi darah daging oleh penyelenggara negara melalui berbagai macam gerakan pembudayaan dan internalisasi nilai. Perubahan budaya ini memang tidak bisa cepat selesai, meskipun demikian hal ini dapat diakselarasi melalui berbagai gerakan yang terencana dan komitmen politik yang tinggi dari Presiden. Itu sebabnya gerakan ini harus menjadi suatu revolusi yaitu gerakan yang dilakukan secara bersama-sama dalam waktu yang bersamaan. Penulis yakin, tanpa disertai dengan revolusi budaya maka berbagai macam perubahan sistem yang terjadi tidak akan memberikan dampak yang luar biasa bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.


TEORI EVOLUSI KEBUDAYAAN






evolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama. Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap 'cepat' karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat —seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan— yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan membangun.
Dialektika revolusi mengatakan bahwa revolusi merupakan suatu usaha menuju perubahan menuju kemaslahatan rakyat yang ditunjang oleh beragam faktor, tak hanya figur pemimpin, namun juga segenap elemen perjuangan beserta sarananya. Logika revolusi merupakan bagaimana revolusi dapat dilaksanakan berdasarkan suatu perhitungan mapan, bahwa revolusi tidak bisa dipercepat atau diperlambat, ia akan datang pada waktunya. Kader-kader revolusi harus dibangun sedemikian rupa dengan kesadaran kelas dan kondisi nyata di sekelilingnya. Romantika revolusi merupakan nilai-nilai dari revolusi, beserta kenangan dan kebesarannya, di mana ia dibangun. Romantika ini menyangkut pemahaman historis dan bagaimana ia disandingkan dengan pencapaian terbesar revolusi, yaitu kemaslahatan rakyat. Telah banyak tugu peringatan dan museum yang melukiskan keperkasaan dan kemasyuran ravolusi di banyak negara yang telah menjalankan revolusi seperti yang terdapat di Vietnam, Rusia, China, Indonesia, dan banyak negara lainnya. Menjebol dan membangun merupakan bagian integral yang menjadi bukti fisik revolusi. Tatanan lama yang busuk dan menyesatkan serta menyengsarakan rakyat, diubah menjadi tatanan yang besar peranannya untuk rakyat, seperti di Bolivia, setelah Hugo Chavez menjadi presiden ia segera merombak tatanan agraria, di mana tanah untuk rakyat sungguh diutamakan yang menyingkirkan dominasi para tuan tanah di banyak daerah di negeri itu.
Dalam pengertian umum, revolusi mencakup jenis perubahan apapun yang memenuhi syarat-syarat tersebut. Misalnya Revolusi Industri yang mengubah wajah dunia menjadi modern. Dalam definisi yang lebih sempit, revolusi umumnya dipahami sebagai perubahan politik.
Sejarah modern mencatat dan mengambil rujukan revolusi mula-mula pada Revolusi Perancis, kemudian Revolusi Amerika. Namun, Revolusi Amerika lebih merupakan sebuah pemberontakan untuk mendapatkan kemerdekaan nasional, ketimbang sebuah revolusi masyarakat yang bersifat domestik seperti pada Revolusi Perancis. Begitu juga dengan revolusi pada kasus perang kemerdekaan Vietnam dan Indonesia. Maka konsep revolusi kemudian sering dipilah menjadi dua: revolusi sosial dan revolusi nasional.
Pada abad 20, terjadi sebuah perubahan bersifat revolusi sosial yang kemudian dikenal dengan Revolusi Rusia. Banyak pihak yang membedakan karakter Revolusi Rusia ini dengan Revolusi Perancis, karena karakter kerakyatannya. Sementara Revolusi Perancis kerap disebut sebagai revolusi borjuis, sedangkan Revolusi Rusia disebut Revolusi BolshevikProletar, atau Komunis. Model Revolusi Bolshevik kemudian ditiru dalam Perang Saudara Tiongkok pada 1949
Karakter kekerasan pada ciri revolusi dipahami sebagai sebagai akibat dari situasi ketika perubahan tata nilai dan norma yang mendadak telah menimbulkan kekosongan nilai dan norma yang dianut masyarakat.


  



A.    Latar Belakang
Evolusi merupakan sebuah kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kita, apalagi jika konsep pembicaraannya mengenai perubahan. Kata evlolusi sangat berkaitan sekali dengan seorang tokoh yang bernama Charles Dharwin, dia adalah orang yang mempopulerkan kata-kata evolusi pertama kali. Evolusi yang dimaksudkannya disini adalah evolusi biologi makhluk hidup khususnya manusia. Namun, evolusi tidak bermakna sesempit itu apabila dikaitkan dengan kata “perubahan” termasuk perubahan kebudayaan. Berbagai macam pernyataan dan ungkapan yang mendukung serta menolak akan adanya evolusi tersebut. Kenapa hal itu bisa terjadi.
Terdapat beberapa pertanyaan yang membuat penulis perlu mengangkatkan judul makalah ini mengenai evolusi kebudayaan itu sendiri, diantaranya :
1.      Apa itu evolusi kebudayaan ?
2.      Bagaimana proses evolusi secara universal menurut para ahli ?
3.      Bagaimanakan Analogi Evolusi, antara evolusi biologi, evolusi kebudayaan dan seleksi alam ?
4.      Kenapa menghilangnya teori kebudayaan itu ?
Beberapa pertanyaan tersebut akan penulis paparkan dalam pembahasan berikut.
B.     Pembahasan
Berikut pembahasan penulis mengenai teori evolusi kebudayaan :
1.      Evolusi kebudayaan
Evolusi kebudayaan bisa didefenisikan sebagai suatu perubahan atau perkembangan kebudayaan, seperti perubahan dari bentuk sederhana menjadi kompleks (syaifudin, 2005 : 99) .Perubahan itu biasanya bersifat lambat laun. Paradigm yang berkaitan dengan konsep evolusi tersebut adalah evolusionalisme yang berarti cara pandang yang menekankan perubahan lambat-laun menjadi lebih baik atau lebih maju dari sederhana ke kompleks.
Tak berlebihan apabila dikatakan bahwa evolusionalisme dikatakan sebagai landasan awal bagi pembentukan berbagai paradigma dalam antropologi.  Menurut hemat penulis, meskipun sebagian paradigm saat ini mengatakan tidak sepakat dengan evolusionalisme namun secara sadar ataupun tidak sadar antropolog dan juga ahli ilmu social lainnya menggunakan ungkapan-ungkapan evolusionistik seperti “sederhana-kompleks”, “kemajuan-kemunduran”, “tradisional-modern”, atau “desa-kota” dalam menanggapi gejala sosial tetentu. Dengan kata lain, banyak pikiran dalam evolusionisme tetap hadir dalam paradigm-paradigma antropologi social budaya masa kini.

2.      Proses Evolusi Sosial Secara Universal menurut para ahli
Menurut konsep evolusi secara universal mengatakan bahwa masyarakat manusia berkembang secara lambat ( berevolusi ) dari tingkat-tingkat rendah dan sederhana menuju ke tingkat yang lebih tinggi dan kompleks. Dimana kecepatan perkembangannya atau proses evolusinya berbeda-beda setiap wilayah yang ada di muka bumi ini. Itu sebabnya sampai saat ini masih ada juga kelompok-kelompok manusia yang hidup dalam masyarakat yang bentuknya belum banyak berobah dari dahuu hingga saat ini kebudayaannya.
a)      Konsep evolusi social universal H. Spencer
1)      Teori mengenai asal mula religi
Spencer megatakan bahwa semua bangasa yang ada di dunia ini, religi itu dimulai dengan adanya rasa sadar dan takut akan maut. Spencer mengatakan bahwa bentuk religi yang tertua adalah religi terhadap penyambahan roh-roh nenek moyang moyang yang merupakan personifikasi dari jiwa-jiwa orang yang telah meninggal. Bentuk religi yang tertua ini pada semua bangsa di dunia ini akan berevolusi ke bentuk religi yang lebih komplex yaitu penyembahan kepada dewa-dewa, seperti dewa kejayaan, dewa perang, dewa kebijaksaan, dewa kecantikan, dewa maut ( konetjaranigrat,1980:35 ) dan dewa lainnya.
Dewa-dewa yang menjadi pusat orientasi dan penyembahan manusia dalam tingkat evolusi religi seperti itu mempunyai cirri-ciri yang mantap dalam bayangan seluruh umatnya, karena tercantum dalam mitologi yang seringkali telah berada dalam bentuk tulisan.
Elovusi dari religi itu dimulai dari penyembahan kepada nenek moyang ke tingkat penyembahan dewa-dewa.Kebudayaan berevolusi karena didorong oleh suatu kekuatan mutlak yang disebut dengan evolusi universal. H.Spencer berpendapat bahwa perkembangan masyarakat dan kebudayaan dari setiap bangsa di dunia akan melewati tingkat-tingkat yang sama. Namun Ia tidak mengabaikan fakta bahwa perkembangan dari tiap-tiap masyarakat atau sub-sub kebudayaan dapat mengalami proses evolusi dalam tingkat-tingkat yang berbeda.
Pada suatu bangsa misalnya, mungkin timbul keyakinan akan kelahiran kembali, dan karena dalam suatu religi seperti itu aka nada keyakinan bahwa roh manusia itu bisa dilahirkan kembali ke dalam tubuh binatang, maka terjadi suatu kelompok religi dimana manusia menyembah binatang atau roh binatang. Pada suatu masa binatang-binatang itu akan dianggap sebagai lambing dari sifat-sifat yang dicita-citakan atau ditakuti oleh manusia, seperti misalnya burung elang menjadi lambing kejayaan, gajah menjadi lambing kebijaksanaan, singa menjadi lambang peperangan dan sebagainya. Dengan demikian manusia yang menghormati binatang tadi mulai menghormati dewa kejayaan, dewa kebijaksanaan, dewa peperangan dan sebagainya, yang seringkali memang berwujud binatang.
Dalam permasalahan tersebut Spencer juga memberikan pandangannya terhadap proses evolusi secara umum. Spencer mengatakan, dalam evolusi sosial aturan-aturan hidup manusia serta hukum yang dapat dipaksakan tahan dalam masyarakat, adalah hukum yang melindungi kebutuhan para warga masyarakat yang paling cocok dengan masyarakat di mana mereka hidup.
2)      Teori tentang evolusi hukum dalam masyarakat
Spencer mengatakan bahwa hukum yang ada dalam masyarakat pada awalnya adalah hukum keramat. Hukum keramat bersumber atau berasal dari nenek moyang yang berupa aturan hidup dan pergaulan. Masyarakat yakin dan takut, apabila melanggar hukum ini maka nenek moyang akan marah. Selanjutnya masyarakat manusia semakin komplex sehingga hukum keramat tadi semakin berkurang pengaruhnya terhadap keadaan masyarakat atau hukum keramat tersebut tidak cocok lagi.
Maka timbullah hukum sekuler yaitu hukum yang berlandaskan azas saling butuh-membutuhkan secara timbal balik di dalam masyarakat. Namun karena jumlah masyarakat semakin banyak maka dibutuhkan sebuah kekuasaan otoriter dari raja untuk menjaga hukum sekuler tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya, timbullah masyarakat beragama sehingga kekuasaan otoriter Rajapun tidak lagi cukup. Untuk mengatasi hal tersebut , ditanamkanlah suatu keyakinan kepada masyarakat yang mengatakan bahwa raja adalah keturunan dewa sehingga hukum yang dijalankan adalah hukum keramat.
Pada perkembangan selanjutnya timbullah masyarakat industri,dimana kehidupan manusia semakin bersifat individualis yaitu suatu sifat yang mementingkan diri sendiri tanpa melihat kepentingan bersama. Sehingga hukum keramat raja tidak lagi mampu untuk mengatur kehidupan masyarakat. Maka munculah hukum baru yang berazaskan saling butuh-membutuhkan antara masyarakat. Lahirlah suatu hukum baru yang disebut dengan undang-undang.
Dalam masalah tersebut terakhir spencer sempat mengajukan juga pandangannya tentang makhluk yang bisa hidup langsung adalah yang bisa cocok dengan persyaratan yang terdapat dalam lingkungan alamnya. Maka dalam evolusi social aturan-aturan hidup manusia serta hukum yang dapat dipaksakan dalam masyarakat adalah hukum yang dapat melindungi kebutuhan para warga masyarakat adalah hukum yang melindungi kebutuhan para warga masyarakat yang paling berkuasa, yang paling pandai, dan yang paling mampu. 
b)     Teori evolusi keluarga J.J. Bachofen
Menurut Bechofen bahwa di seluruh dunia ini, evolusi keluarga berkembang melalui empat tahapan ( Koentjaraningrat, 1980 ) yaitu sebagai berikut :
1.      Tahapan Promiskuitas : di mana manusia hidup serupa sekawan binatang berkelompok, laki-laki dan wanita berhubungan bebas…sehingga melahirkan keturuna tanpa ada ikatan ( Koentjaranigrat, 1980: 38 ) pada tahapan ini kehidupan manusia sama dengan kehidupan binatang yang hidup berkelompok. Pada tahapan ini, laki-laki dan perempuan bebas melakukan hubungan perkawinan dengan yang lain tanpa ada ikatan kelurga dan menghasilkan keturunan tanpa ada terjadi ikatan keluarga seperti sekarang ini
2.       Lambat laun manusia semakin sadar akan hubungan ibu dan anak, tetapi anak belum mengenal ayahnya melaikan hanya masih mengenal ibunya. Dalam keluarga inti, ibulah yang menjadi kepala keluarga dan yang mewarisi garis keturunan. Pada tahapan ini disebut tahapan matriarchate. Pada tahapan ini perkawinan ibu dan anak dihindari sehingga muncullah adat exogami.
3.       Sistem Patriarchate : dimana ayahlah yang menjadi kepala keluarga serta ayah yang mewarisi garis keturunan. Perubahan dari matriarchate ke tingkat patriarcahte terjadi karena laki-laki merasa tidak puas dengan situasi keadaan sosial yang menjadikan wanita sebagai kepala keluarga. Sehingga para pria mengambil calon istrinya dari kelompok-kelompok yang lain dan dibawanya ke kelompoknya sendiri serta menetap di sana. Sehingga keturunannyapun tetap menetap bersama mereka.
4.       Pada tahapan yang terakhir, patriarchate lambat laun hilang dan berobah menjadi susunan kekerabatan yang disebut Bachofen susunan parental. Pada tingkat terakhir ini perkawinan tidak selalu dari luar kelopok (exogami) tetapi juga dari dalam kelompok yang sama (endogami). Hal ini menjadikan anak-anak bebas berhubungan langsung dengan kelurga ibu maupun ayah.
c)      Teori evolusi kebudayaan di Indonesia, G.A. Wilken
Ia merumuskan teori-teori tentang sejumlah gejala kebudayaan dan kemasyarakatan, misalnya tentang teknonimi atau tentang hakikat mas kawin. Menurut Wilken pada pada mulanya hanya merupakan alat untuk mengadakan perdamaian antara pengantin pria dengan pengantin wanita setelah berlangsung kawin lari suatu kejadian yang sering terdapat dalam masa peralihan antara tingkat matriakat ke tingkat patriakat.
d)     Teori evolusi kebudayaan L.H Morgan
Ia mencoba melukiskan proses evolusi masyarakat dan kebudayaan manusia melalui delapan tingkat evolusi kebudayaan. Menurutnya, masyarakat dari senua bangsa di dunia sudah atau masih menyelesaikan proses evolusinya melalui delapan tingkat berikut :
1)      Zaman liar tua, yaitu zaman sejak adanya manusia sampai ia menemukan api; dalam zaman ini manusia hidup dari meramu, mencari kar-akar dan tumbuhan-tumbuhan liar.
2)      Zaman liar madya, yaitu zaman sejak manusia menemukan api, sampai ia menemukan senjata busur panah; dalam zaman ini manusia mulai merobah mata pencaharian hidupnya dari meramu menjadi pencari ikan di sungai atau menjadi pemburu.
3)      Zaman liar muda, yaitu zaman sejak manusia menemukan busur panah, sampai ia mendapatkan kepandaian membuat barang-barang tembikar; dalam zaman ini mata pencaharian hidupnya masih berburu.
4)      Zaman barbar tua, yaitu zaman sejak manusia menemukan kepandaian membuat tembikar sampai ia mulai beternak atau bercocok tanam.
5)      Zaman barbar madya, yaitu zaman sejak manusia beternak atau bercocok tanam sampai ia menemukan kepandaian membuat benda-benda dari logam.
6)      Zaman barbar muda, yaitu zaman sejak manusia menemukan kepandaian membuat benda-benda dari logam, sampai ia mengenal tulisan.
7)      Zaman peradaban purba, menghasilakan beberapa peradapan klasik zaman batu dan logam.
8)      Zaman perdaban masa kini, sejak zaman peradapan klasik sampai sekarang.
e)      Teori Evolusi Religi E.B. Tylor
E.B.Tylor berpendapat, asal mula religi adalah adanya kesadaran manusia akan adanya jiwa. Kesadaran ini disebabkan oleh dua hal: ( Koentjaraningrat 1980:48)
1)      Adanya perbedaan yang tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati. Manusai sadar bahwa ketika manusai hidup ada sesuatu yang menggerakkan dan kekuatan yang menggerakkan manusia itu disebut dengan jiwa
2)      Peristiwa mimpi, di mana manusia melihat dirinya di tempat lain ( bukan di tempat ia sedang tidur ). Hal ini menyebabkan manusia membedakan antara tubuh jasmaninya yang berada di tempat tidur dengan rohaninya di tempat-tempat lain yangdisebut jiwa.
Selanjutnya Tylor mengatakan bahwa jiwa yang lepas ke alam disebutnya denga roh atau mahluk halus. Inilah menyebabkan manusia berkeyakinan kepada roh-roh yang menempati alam. Sehingga manusia memberikan penghormatan berupa upacara doa, sesajian dll. Inilah disebut Tylor sebagai anamism.
Pada tingkat selanjutnya manusia yakin terhadap gejala gerak alam disebabkan oleh mahluk-mahluk halus yang menempati alam tersebut. Kemudian jiwa alam tersebut dipersonifikasikan sebagai dewa-dewa alam. Pada tingkat selanjutnya manusia yakin bahwa dewa-dewa tersebut memiliki dewa tertinggi atau raja dewa. Hingga akhirnya manusia berkeyakinan pada satu Tuhan.
f)        Teori Mengenai Ilmu Gaib dan Religi J.G. Frazer
Pada mulanya manusia hanya menggunakan akalnya untuk memecahkan masalah. Namun lambat laun sistem pengetahuan manusai semakin terbatas untuk memecahkan masalah bahkan tidak sanggup lagi memecahkan masalah. Sehingga manusia memecahkannya dengan magic, ilmu gaib. Magic adalah semua tindakan manusia untuk mencapai sesuatu dengan menggunakan kekuatan-kekuatan alam dan luar lainnya. (Koentjaraningrat 1980:54)
Namun dalam perkembangan selanjutnya kekuatan magic tersebut tidak selamnya berhasil. Maka manusia mulai sadar bahwa di alam ini ada yang menempatinya yaitu mahluk-mahluk halus. Mulailah manusai mencari hubungannya dengan mahluk-mahluk halus tersebut. Dengan itu timbullah religi. Religi adalah segala sistem tingkah laku manusia untuk memproleh sesuatu dengan cara memasrahkan diri kepada penciptanya.
3.      Analogi Evolusi, antara evolusi biologi, evolusi kebudayaan dan seleksi alam
Tidak ada persoalan dengan pandangan bahwa kebudayaan itu berevolusi. Manusia menjadi pemburu dan peramu, menggunakan peralatan disamping otot-otot dan gigi-geligi. Manusia mulai menanam tumbuh-tumbuhan dan memelihara hewan untuk memenuhi kebutuhan akan makanan, manusia membangun kota dan sistem politik yang kompleks. Perubahan-perubahan kebudayaan ini dijelaskan oleh seleksi alam meskipun perilaku budaya tidak memiliki komponen genetic untuk diwariskan.
Proses seleksi alam membutuhkan tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu ;
Pertama, seleksi alam memerlukan variasi agar bisa bekerja.
Kedua, harus ada reproduksi yang berkelanjutan.
Ketiga, harus ada mekanisme yang memperbanyak unsur-unsur pengubah kebudayaan tersebut.
Dalam evolusi biologi, variabelitas berasal dari rekombinasi genetic dan mutasi. Sedangkan dalam evolusi kebudayaan variabelitas dating dari rekombinasi perilaku yang dipelajari dan dari penemuan-penemuan. Kebudayaan tidaklah tertutup atau terisolasi seperti halnya spesies. Suatu spesies tidak akan meminjam unsure-unsur genetic dari spesies lain, tapi kebudayaan dapat meminjam hal-hal baru dan perilaku dari kebudayaan lain. Sebagai contoh, cara bertanam jagung di suatu daerah dapat diterapkan juga di daerah-daerah lain.
Perilaku juga cenderung mengalami seleksi seperti halnya seleksi pada ukuran tubuh atau ketahanan terhadap penyakit. Meskipiun perilaku tidak diwariskan secara genetic kepada generasi selanjutnya, orang tua yang menunjukkan unsure-unsur perilaku adaptif lebih cenderung “menciptakan” unsure-unsur itu kepada anak-anaknya, yang dipelajari melalui peniruan maupun ajaran orang tua.
Orang tua dan anak-anak juga mungkin meniru perilaku adaptif orang-orang di luar keluarga. Dengan demikian, meskipun evolusi biologi dan evolusi kebudayaan tidak sama, cukup beralasan untuk berasumsi bahwa seleksi alam secara umum bisa bekerja pada gen maupun perilaku budaya. Inilah antara lain yang penulis maksud dengan analogi evolusi.
4.      Menghilangnya teori-teori evolusi kebudayaan
Pada akhir abad ke-19 mulai timbul kecaman-kecaman terhadap cara berfikir dan cara bekerja para sarjana penganut evolusi kebudayaan. Kecaman mulai menyerang detail dan unsure-unsur tertentu dalam berbagai karangan dari para penganut teori-teori tersebut, kemudian meningkat menjadi serangan-serangan terhadap konsepsi dasar dari teori-teori tentang evolusi kebudayaan manusia.
Pengumpulan bahan keterangan baru, terutama sebagai hasil penggalian-penggalian serta bertambah banyaknya aktivitas-aktivitas penelitian para ahli antropologi sendiri. Dengan demikian mulai tampak bahwa tingkat-tingkat evolusi para penganut teori-teori evolusi dari para penganut teori-teori evolusi kebudayaan itu hanya merupakan konstruksi-konstruksi pikiran saja, yang tidak sesuai dengan kenyataan dan yang lama-kelamaan tidak dapat di pertahnkan lagi.
Pada permulaan abad ke-20 hampir tidak ada lagi karya antropologi berdasarkan konsep evolusi. Hanya kira-kira sekitar 1930 tampak adanya penelitian-penelitian antroplogi berdasarkan konsep-konsep itu di Uni Soviet. Dalam tahun 1940-an muncul beberapa ahli antropologi Inggris dan Amerika yang menghidupakan lagi konsep-konsep mengenai teori evolusi kebudayaan., tetapi yang sama bagi semua bangsa di dunia. 
C.    Penutup
Evolusi sebelum abad ke-19 sangat erat sekali dengan para tokoh antropolog. Hingga bermuncullah tokoh-tokoh antropolog yang mengeluarkan konsep-konsep mengenai evolusi itu sendiri. Misalnya saja seperti H. SPENCER dengan teori evolusi universalnya, J.J. Bachofen dengan teori evolusi keluarga, G.A Wilken dengan teori kebudayaan di Indonesia, serta tokoh-tokoh antropologi lainnya. Hingga menghilangnya pemakaian teori evolusi dalam kurun abad ke 19 dan dimunculkan lagi abad ke 20 oleh ahli antropolog Uni Soviet, Inggris dan Amerika.



DAFTAR REFERENSI
Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antroplogi. Jakarta. UI PRESS : 1987
Fedyani, achmad. Antropologi Kontenporer. Jakarta. Kencana : 2005
Keesing, samuel. Antropologi Budaya. Jakarta. Erlangga : 1989